BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kanker Payudara adalah tumor ganas
yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
B. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara.
Beberapa faktor resiko tersebut adalah:
Usia.
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
Pernah menderita kanker payudara.
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara.
Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.
Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
Faktor genetik dan hormonal.
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang mwanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar.
Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker payudara adalah p53, BARD1, BRCA3 dan Noey2.
Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami kerusakan.
Faktor hormonal juga penting karena hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.
Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.
Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah saluarn air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia atipik).
Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.
Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara. Resiko menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun.
Demikian pula halnya dengan menopause ataupun kehamilan pertama. Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara
Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara. Resiko menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun.
Demikian pula halnya dengan menopause ataupun kehamilan pertama. Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara
Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen.
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan.
Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
Obesitas pasca menopause.
Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes.
Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes.
Pemakaian alkohol.
Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
Bahan kimia.
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara.
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara.
Penyinaran.
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
Faktor resiko lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim, ovarium dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
C. Patofisiologi
Kanker payudara
berasal dari unsur epitel parenkim payudara. Kesatuan fungsional terkecil
payudara disebut lobulus, yang terbentuk oleh kelompokan asinus dengan fungsi
sekresi air susu dan struktur saluran keluarnya, yang berukuran kecil disebut
duktulus, yang lebih besar disebut duktus. Papila atau puting susu adalah muara
duktus ekskretorius bentuk lobus yang bercabang dalam sekelompok lobulus.
Kanker payudara yang berasal dari epitel asinus dalam lobulus disebut Karsinoma
Lobular sedangkan kanker yang berasal dari epitel duktulus atau duktus
disebut Karsinoma Duktal. Keganasan setempat yang masih terbatas intra
lobular atau intra duktal, belum ada kerusakan membran basalis dalam
asinus dan duktulus atau duktus, jadi belum ada tanda invasi ke jaringan di luar lobulus atau duktus, merupakan
tahap awal karsinoma payudara. Pertumbuhan lebih lanjut dari
masing-masing keganasan tersebut tetap seperti keadaan semula atau menyebuk
(invasif). Jaringan di luar lobulus atau duktulus atau duktus. Pertumbuhan
keganasan yang tidak menyibuk kemana-mana disebut karsinoma invasif = karsinoma
insitu.
Karsinoma
lobular maupun duktal baik bersifat invasif atau non invasif yang berukuran
kurang dari 0,5 cm (ada yang memakai patokan kurang dari 1 cm) disebut
karsinoma payudara minimal (dini), secara klinik. Dan apabila ditinjau
dari populasi sel ganas, masa minimal terdeteksi tersebut diperkirakan telah
mencapai 30 doublings sehingga berbentuk 10 sel tumor ganas. Sel tumor
ganas mengadakan pembelahan secara tidak teratur dan diperkirakan satu waktu
doubling berkisar antara 30 sampai 200 hari atau lebih. Sehingga status dini
klinis tidak sama dengan status dini biologis. Apabila invasi tumor ganas
mencapai pembuluh limfe atau pembuluh darah, akan terjadi emboli sel tumor
ganas, sehingga akan memungkinkan penyebaran limfogen atau hematogen baik
regional atau metastasis jauh. Perjalanan
penyakit lebih lanjut secara klinis dinyatakan secara klinis T.N.M.
Staging (Penentuan Stadium Kanker)
Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan, follow-up dan menentukan prognosis.
Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer):
- Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal
- Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar payudara
- Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
- Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
- Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
- Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada
- Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.
Selain stadium kanker, terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis pengobatan dan prognosis:
Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan, follow-up dan menentukan prognosis.
Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer):
- Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal
- Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar payudara
- Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
- Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
- Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
- Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada
- Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.
Selain stadium kanker, terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis pengobatan dan prognosis:
1. Jenis sel kanker
2. Gambaran kanker
3. Respon kanker terhadap hormon
Kanker yang memiliki reseptor estrogen tumbuh secara lebih lambat dan lebih sering ditemukan pada wanita pasca menopause.
Kanker yang memiliki reseptor estrogen tumbuh secara lebih lambat dan lebih sering ditemukan pada wanita pasca menopause.
4. Ada atau tidaknya gen penyebab
kanker payudara.
D. Manifestasi klinik
Gejala awal berupa sebuah benjolan
yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak
menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur.
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit.
Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya.
Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Benjolan atau massa di ketiak
- Perubahan ukuran atau bentuk payudara
- Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)
- Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu)
- Payudara tampak kemerahan
- Kulit di sekitar puting susu bersisik
- Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal
- Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara .
Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit.
Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya.
Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Benjolan atau massa di ketiak
- Perubahan ukuran atau bentuk payudara
- Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)
- Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu)
- Payudara tampak kemerahan
- Kulit di sekitar puting susu bersisik
- Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal
- Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara .
Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
F. Penatalaksanaan medis
Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu
meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan) untuk
mengangkat sebanyak mungkin tumor.
Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan breast-conserving (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya).
Pembedahan breast-conserving
Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan breast-conserving (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya).
Pembedahan breast-conserving
1.
Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di sekitarnya
2.
Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan jaringan normal di
sekitarnya yang lebih banyak
3.
Kuadrantektomi : pengangkatan seperempat bagian payudara.
Pengangkatan tumor dan beberapa
jaringan normal di sekitarnya memberikan peluang terbaik untuk mencegah
kambuhnya kanker.
Keuntungan utama dari pembedahan breast-conserving ditambah terapi penyinaran adalah kosmetik.
Biasanya efek samping dari penyinaran tidak menimbulkan nyeri dan berlangsung tidak lama. Kulit tampak merah atau melepuh.
Mastektomi
Keuntungan utama dari pembedahan breast-conserving ditambah terapi penyinaran adalah kosmetik.
Biasanya efek samping dari penyinaran tidak menimbulkan nyeri dan berlangsung tidak lama. Kulit tampak merah atau melepuh.
Mastektomi
1.
Mastektomi
simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah payudara
dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas operasi.
Rekonstruksi payudara lebih mudah
dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah payudara dibiarkan utuh.
Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif yang telah menyebar luar ke dalam saluran air susu, karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker sering kambuh.
Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif yang telah menyebar luar ke dalam saluran air susu, karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker sering kambuh.
2.
Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modifikasi
mastektomi radikal : seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan
otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak.
3.
Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya diangkat.
Terapi penyinaran yang dilakukan
setelah pembedahan, akan sangat mengurangi resiko kambuhnya kanker pada dinding
dada atau pada kelenjar getah bening di sekitarnya.
Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor di dalam kelenjar getah bening mempengaruhi pemakaian kemoterapi dan obat penghambat hormon.
Beberapa ahli percaya bahwa tumor yang garis tengahnya lebih kecil dari 1,3 cm bisa diatasi dengan pembedahan saja. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 5 cm, setelah pembedahan biasanya diberikan kemoterapi. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 7,6 cm, kemoterapi biasanya diberikan sebelum pembedahan.
Penderita karsinoma lobuler in situ bisa tetap berada dalam pengawasan ketat dan tidak menjalani pengobatan atau segera menjalani mastektomi bilateral (pengangkatan kedua payudara).
Hanya 25% karsinoma lobuler yang berkembang menjadi kanker invasif sehingga banyak penderita yang memilih untuk tidak menjalani pengobatan.
Jika penderita memilih untuk menjalani pengobatan, maka dilakukan mastektomi bilateral karena kanker tidak selalu tumbuh pada payudara yang sama dengan karsinoma lobuler.
Jika penderita menginginkan pengobatan selain mastektomi, maka diberikan obat penghambat hormon yaitu tamoxifen.
Setelah menjalani mastektomi simplek, kebanyakan penderita karsinoma duktal in situ tidak pernah mengalami kekambuhan.
Banyak juga penderita yang menjalani lumpektomi, kadang dikombinasi dengan terapi penyinaran.
Kanker payudara inflamatori adalah kanker yang sangat serius meskipun jarang terjadi. Payudara tampak seperti terinfeksi, teraba hangat, merah dan membengkak.
Pengobatannya terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.
Rekonstruksi payudara
Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya.
Rekonstruksi bisa dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di kemudian hari.
Akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon telah dipertanyakan. Silikon kadang merembes dari kantongnya sehingga implan menjadi keras, menimbulkan nyeri dan bentuknya berubah. Selain itu, silikon kadang masuk ke dalam laliran darah.
Kemoterapi & Obat Penghambat Hormon
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun.
Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita.
Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinara, obat-obat tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara.
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara.
Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan penderita.
Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan.
Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.
Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi lanjutan setelah pembedahan.
Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan esrogen dan memiliki beberapa efek yang sama dengan terapisulih hormon (misalnya mengurangi resiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta meningkatkan resiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak mengurangi hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.
Pengobatan kanker payudara yang telah menyebar
Kanker payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Bagian tubuh yang paling sering diserang adalah paru-paru, hati, tulang, kelenjar getah bening, otak dan kulit.
Kanker muncul pada bagian tubuh tersebut dalam waktu bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun setelah kanker terdiagnosis dan diobati.
Penderita kanker payudara yang telah menyebar tetapi tidak menunjukkan gejala biasanya tidak akan memperoleh keuntungan dari pengobatan. Akibatnya pengobatan seringkali ditunda sampai timbul gejala (misalnya nyeri) atau kanker mulai memburuk.
Jika penderita merasakan nyeri, diberikan obat penghambat hormon atau kemoterapi untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.
Tetapi jika kanker hanya ditemukan di tulang, maka dilakukan terapi penyinaran. Terapi penyinaran merupakan pengobatan yang paling efektif untuk kanker tulang dan kanker yang telah menyebar ke otak.
Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor di dalam kelenjar getah bening mempengaruhi pemakaian kemoterapi dan obat penghambat hormon.
Beberapa ahli percaya bahwa tumor yang garis tengahnya lebih kecil dari 1,3 cm bisa diatasi dengan pembedahan saja. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 5 cm, setelah pembedahan biasanya diberikan kemoterapi. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 7,6 cm, kemoterapi biasanya diberikan sebelum pembedahan.
Penderita karsinoma lobuler in situ bisa tetap berada dalam pengawasan ketat dan tidak menjalani pengobatan atau segera menjalani mastektomi bilateral (pengangkatan kedua payudara).
Hanya 25% karsinoma lobuler yang berkembang menjadi kanker invasif sehingga banyak penderita yang memilih untuk tidak menjalani pengobatan.
Jika penderita memilih untuk menjalani pengobatan, maka dilakukan mastektomi bilateral karena kanker tidak selalu tumbuh pada payudara yang sama dengan karsinoma lobuler.
Jika penderita menginginkan pengobatan selain mastektomi, maka diberikan obat penghambat hormon yaitu tamoxifen.
Setelah menjalani mastektomi simplek, kebanyakan penderita karsinoma duktal in situ tidak pernah mengalami kekambuhan.
Banyak juga penderita yang menjalani lumpektomi, kadang dikombinasi dengan terapi penyinaran.
Kanker payudara inflamatori adalah kanker yang sangat serius meskipun jarang terjadi. Payudara tampak seperti terinfeksi, teraba hangat, merah dan membengkak.
Pengobatannya terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.
Rekonstruksi payudara
Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya.
Rekonstruksi bisa dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di kemudian hari.
Akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon telah dipertanyakan. Silikon kadang merembes dari kantongnya sehingga implan menjadi keras, menimbulkan nyeri dan bentuknya berubah. Selain itu, silikon kadang masuk ke dalam laliran darah.
Kemoterapi & Obat Penghambat Hormon
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun.
Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita.
Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinara, obat-obat tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara.
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara.
Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan penderita.
Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan.
Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.
Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi lanjutan setelah pembedahan.
Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan esrogen dan memiliki beberapa efek yang sama dengan terapisulih hormon (misalnya mengurangi resiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta meningkatkan resiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak mengurangi hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.
Pengobatan kanker payudara yang telah menyebar
Kanker payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Bagian tubuh yang paling sering diserang adalah paru-paru, hati, tulang, kelenjar getah bening, otak dan kulit.
Kanker muncul pada bagian tubuh tersebut dalam waktu bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun setelah kanker terdiagnosis dan diobati.
Penderita kanker payudara yang telah menyebar tetapi tidak menunjukkan gejala biasanya tidak akan memperoleh keuntungan dari pengobatan. Akibatnya pengobatan seringkali ditunda sampai timbul gejala (misalnya nyeri) atau kanker mulai memburuk.
Jika penderita merasakan nyeri, diberikan obat penghambat hormon atau kemoterapi untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.
Tetapi jika kanker hanya ditemukan di tulang, maka dilakukan terapi penyinaran. Terapi penyinaran merupakan pengobatan yang paling efektif untuk kanker tulang dan kanker yang telah menyebar ke otak.
Obat penghambat hormon lebih sering
diberikan kepada:
- kanker yang didukung oleh estrogen
- penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2 tahun setelah terdiagnosis - kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.
Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40 tahun dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam jumlah besar atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause.
Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan pertama.
Selain itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen bisa dilakukan pembedahan untuk mengangkat ovarium (indung telur) atau terapi penyinaran untuk menghancurkan ovarium.
Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat hormon yang lain.
Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan untuk mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu hormon steroid) biasanya diberikan pada saat yang bersamaan, karena aminoglutetimid menekan pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.
- kanker yang didukung oleh estrogen
- penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2 tahun setelah terdiagnosis - kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.
Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40 tahun dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam jumlah besar atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause.
Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan pertama.
Selain itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen bisa dilakukan pembedahan untuk mengangkat ovarium (indung telur) atau terapi penyinaran untuk menghancurkan ovarium.
Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat hormon yang lain.
Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan untuk mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu hormon steroid) biasanya diberikan pada saat yang bersamaan, karena aminoglutetimid menekan pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.
Kemoterapi yang paling efektif adalah
cyclophosphamide, doxorubicin, paclitaxel, dosetaxel, vinorelbin dan mitomycin C.
Obat-obat ini seringkali digunakan sebagai tambahan pada pemberian obat
penghambat hormon.
Kanker
pada stadium awal jarang menimbulkan gejala, karena itu sangat penting untuk melakukan
penyaringan.
Beberapa prosedur yang digunakan untuk penyaringan kanker payudara:
Beberapa prosedur yang digunakan untuk penyaringan kanker payudara:
1.
SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri).
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini.
Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7-10 hari sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja, tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini.
Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7-10 hari sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja, tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).
2.
Mammografi.
Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah yang abnormal pada payudara.
Para ahli menganjurkan kepada setiap wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun dan pada usia 50 tahun keatas mammogarm dilakukan sekali/tahun.
Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah yang abnormal pada payudara.
Para ahli menganjurkan kepada setiap wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun dan pada usia 50 tahun keatas mammogarm dilakukan sekali/tahun.
3.
USG payudara.
USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan benjolan padat.
USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan benjolan padat.
4.
Termografi.
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara.
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara.
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
1. Berdiri di depan cermin,
perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran payudara kiri dan kanan
sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran antara payudara kiri dan
kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam) atau
keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan
apakah kulit pada puting susu berkerut.
2. Masih berdiri di depan cermin,
kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala dan kedua tangan ditarik ke
belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih mudah untuk menemukan
perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan perubahan bentuk dan kontur payudara,
terutama pada payudara bagian bawah.
3. Kedua tangan di letakkan di
pinggang dan badan agak condong ke arah cermin, tekan bahu dan sikut ke arah
depan. Perhatikan perubahan ukuran
dan kontur payudara.
4. Angkat lengan kiri. Dengan
menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri payudara kiri. Gerakkan
jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil) di sekeliling
payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke
puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah
kulit.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri.
Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan ketiak.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri.
Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan ketiak.
5.
Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari
puting susu.
Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.
Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.
6. Berbaring terlentang dengan
bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan kiri ditarik ke atas.
Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan posisi
seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.
G. Pencegahan
Banyak faktor
resiko yang tidak dapat dikendalikan.
Beberapa ahli diet dan ahli kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi angka kejadian kanker.
Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembhan jika masih pada stadium dini.
SADARI, pemeriksan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan 3 alat untuk mendeteksi kanker secara dini.
Penelitian terakhir telah menyebutkan 2 macam obat yang terbukti bisa mengurangi resiko kanker payudara, yaitu tamoksifen dan raloksifen. Keduanya adalah anti estrogen di dalam jaringan payudara.
Tamoksifen telah banyak digunakan untuk mencegah kekambuhan pada penderita yang telah menjalani pengobatan untuk kanker payudara.
Obat ini bisa digunakan pada wanita yang memiliki resiko sangat tinggi.
Mastektomi pencegahan adalah pembedahan untuk mengangkat salah satu atau kedua payudara dan merupakan pilihan untuk mencegah kanker payudara pada wanita yang memiliki resiko sangat tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat karena kanker, wanita yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan wanita yang memiliki gen p53, BRCA1 atauk BRCA 2).
Beberapa ahli diet dan ahli kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi angka kejadian kanker.
Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembhan jika masih pada stadium dini.
SADARI, pemeriksan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan 3 alat untuk mendeteksi kanker secara dini.
Penelitian terakhir telah menyebutkan 2 macam obat yang terbukti bisa mengurangi resiko kanker payudara, yaitu tamoksifen dan raloksifen. Keduanya adalah anti estrogen di dalam jaringan payudara.
Tamoksifen telah banyak digunakan untuk mencegah kekambuhan pada penderita yang telah menjalani pengobatan untuk kanker payudara.
Obat ini bisa digunakan pada wanita yang memiliki resiko sangat tinggi.
Mastektomi pencegahan adalah pembedahan untuk mengangkat salah satu atau kedua payudara dan merupakan pilihan untuk mencegah kanker payudara pada wanita yang memiliki resiko sangat tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat karena kanker, wanita yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan wanita yang memiliki gen p53, BRCA1 atauk BRCA 2).
H. Pemeriksaan fisik
Karena organ payudara
dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain faktor estrogen dan progesteron
maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan di saat pengaruh hormonal ini
seminimal mungkin, yaitu setelah menstruasi lebih kurang satu minggu dari hari
pertama menstruasi.
Penderita diperiksa dengan bagian atas terbuka :
1.
Posisi
tegak (duduk)
Penderita duduk dengan tangan jatuh bebas kesamping, dan pemerisa berdiri
di depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada ispeksi dilihat :
simetri payudara kanan – kiri , kelainan papila, letak dan bentuknya, adakah
retraksi putting susu, kelainan kulit, tanda-tanda radang, peau d’ orange,
dimpling, ulserasi dan lain-lain.
2.
Posisi
baring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata di
atas lapangan dada ; jika perlu bahu/ punggung dengan bantal kecil pada
penderita-penderita payudaranya yang sakit. Palpasi ini dilakukan dengan
mempergunakan palang distal dan falang medial jari II, III, IV dan dikerjakan
secra sistematis mulai dari kranial setingi iga ke-2 sampai ke distal setinggi
iga ke-6.
3.
Menetapkan
keadaan tumornya
a.
Lokasi
tumor menurut kwadran di payudara atau teletak di daerah sentral (subareoral
dan dibawah papil).
b.
Ukuran
tumor, konsistensi, batas-batas tumor tegas atau tidak tegas.
c.
Mobilitas
tumor terhadap kulit dan m.pektoralis atau dinding dada.
I. Kemungkinan diagnosa
Pre operasi
1. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan
dengan proses desak ruang jaringan payudara.
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
berhubungan dengan pembesaran jaringan poayudara.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya
informasi
Post operasi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri (post op)
berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan
dengan insisi jaringan
3. Resti infeksi berhubungan dengan pemajanan
luka insisi terhadap lingkungan luar
4. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan
dengan depresi medulla oblongata.
5. Bersihan jalan nafas tak efektif
berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret
6. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru
7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan
motilitas usus
8. Gangguan body image berhubungan dengan
krisis situasi
.
J. Nursing Care Plan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah
sekret
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien memiliki bersihan
jalan nafas yang efektif dengan kriteria hasil :
-
Menunjukkan hilangnya dispnea
- Mempertahankan jalan nafas paten dengan
bunyi nafas bersih
-
Mengeluarkan sekret tanpa
kesulitan
- Menunjukkan perilaku untuk
memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan nafas
|
Mandiri
1. Catat perubahan upaya dan pola bernafas
2. Observasi penurunan ekspansi dinding
dada dan adanya/peningkatan fremitus
3.
Catat karakteristik bunyi
nafas
4. Bantu dengan batuk/nafas dalam, ubah
posisi dan penghisapan sesuai indikasi
Kolaborasi
1.
Berikan oksigen lembab,
cairan IV
2.
Berikan terapi aerosol,
nebuliser ultrasonik
3. Bantu dengan fisioterapi dad, contoh
drainase postural, perkusi dada/vibrasi sesuai indikasi
|
1. Penggunaan otot interkostal/abdominal
dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas
2. Ekspansi dada terbatas atau tak sama
sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus
3. Karakteristik dapat berubah tergantung
pada penyebab/etiologi gagal pernafasan
4. Pengumpulan sekresi mengganggu ventilasi
atau edema paru
1. Kelembaban menghilangkan dan
memobilisasi sekret dan meningkatkan transpor oksigen
2. Pengobatan diberikan untuk mengirim
oksigen/bronkodilatasi/kelembaban dengan kuat pada alveoli dan untuk
memobilisasi sekret
3. Meningkatkan drainase/eliminasi sekret paru
ke dalam sentral bronkus
|
2.
|
Gangguan rasa nyaman nyeri (post op) berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan
|
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di harapkan pasien dapat mengontrol
dan mengurangi nyeri, dengan kriteria hasil :
- Mengatakan bahwa rasa sakit telah
terkontrol/di hilangkan.
-
Tampak santai.
-
Dapat beristirahat atau
tidur.
-
Ikut
serta dalam aktifitas seuai kemampuan..
|
Mandiri
1. Catat umur dan berat pasien, masalah
medis/psikologis yang muncul kembali, sensifitas idiosinkratik analgesik dan
proses intra operasi. (mis : ukuran/lokasi insisi penggantian saluran,
zat-zat anastesi ) yang di gunakan
2. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan taki
kardia, hipertensi, dan peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal
adanya rasa sakit.
3. Evaluasi rasa sakit secara regular (mis :
setiap 2 jam x 12) catat karakteristik, lokasi dan intensitas (skala 0-10 ).
4.
Lakukan reposisi sesuai
petunjuk.
5. Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis
: latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Kolaborasi
:
1.
Analgesik IV (setelah
mengulangi catatan anestesi untuk kontraindikasi dan/atau menyebabkan
analgesia) ; menyediakan analgesia setiap saat dengan dosis penyelamat yang
intermiten
2.
Analgetik dikontrol pasien
(ADP).
3. Anestesi lokal, misalnya blok epidural.
|
1. Pendekatan pada manajemen sakit pasca
operasi berdasarkan pada factor-faktor variasi multiple.
2. Sediakan informasi mengenai
kebutuhan/efektifitas intervensi.
3. Dapat mengindikasikan rasa sakit akut
dan ketidaknyamanan.
4. Mungkin mengurangi rasa sakit dan
meningkatka sirkulasi
5. Lepaskan tegangan emosional dan otot ;
tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping.
1. Analgesik IV akan dengan segera mencapai
pusat rasa sakit, menimbulkan penghilangan yng lebih efektif dengan obat
dosis kecil. Pemberian IM akan memakan waktu lebih lama dean keefektifanya
bergantung kepada tingkat dan absorbsi sirkulasi.
2. Penggunaan ADP mengharuskan instruksi
secara detail pada metode penggunaanya dan harus di pantau secara ketat namun
dianggap sangat efektif dalam mengatasi rasa sakit pasca operasi dengan
jumlah narkotik yang sedikit.
3. Analgesik mungkin di injekskan ke dalam
lokasi operasi atau saraf ke lokasi yang mungkin tepat terlindung pada
pascaoperasi yang segera untuk mencegah penyakit.
|
3.
|
Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
insisi jaringan
|
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di harapkan pasien dapat
Kriteria hasil :
-
Mencapai penyembuhan luka
- Mendemonstrasikan tingkah laku/tekhnik
untuk meningkatkan kesembuhan dan untuk mencegah komplikasi.
|
Mandiri
1. Beri penguatan pada balutan
awal/pengantian sesuai indikasi.Gunakan tekhnik aseptic yang ketat.
2. Secara hati-hati lepaskan perekat.
3. Gunakan sealant atau barier kulit
sebelum perekat jika di perlukan.Gunakan perekat yang halus/silk (hipoalergik
atau perekat Montgoumery/elastis untuk membalut luka yang membutuhkan
pergantian balutan yang sering ).
4.
Periksa
tegangan balutan. Beri perekat pada pusat insisi ke tepi luar dari balutan
luka. Hindari menutup pada seluruh ekstremitas.
5. Periksa luka secara teratur catat
karakteristik dan integritas kulit.
Kolaborasi :
1. Berikan es pada daerah luka jika di
butuhkan.
2. Irigasi luka ; bantu dengan melakukan
debridemen sesuai kebutuhan.
|
1. Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan
kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi.
2. Mengurangi resiko trauma kulit dan
gangguan pada luka.
3. Menurunkan resiko terjadinya trauma
kulit atau abrasi dan memberikan perlindungan tambahan untuk kulit atau
jaringan yang halus.
4. Dapat menggangu atau membendung
sirkulasi pada luka sekaligus bagian distal dari ekstremitas.
5. Pengenalan akan adanya kegagalan proses
penyembuhan luka/berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah
terjadinya kondisi yang lebih serius.
1. Menurunkan pembentukan edema yang
mungkin menyebabka tekanan yang tidak dapat di identifikasi pada luka selama
periode pasa operasi tertentu.
2. Membuang jaringan nekrotik/luka eksudat
untuk meningkatkan penyembuhan.
|
4.
|
Gangguan body image berhubungan dengan krisis
situasi
|
Setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 1 x 60 menit di harapkan
pasien dapat menerima keadaanya/harga diri yang kuat, dengan kriteria hasil :
- Menyatakan masalah dan menunjukkan yang
sehat untuk menghadapinya.
-
Menyatakan
penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap perubahan pada citra
tubuh/tubuh.
|
Mandiri
1. Berikan
waktu untuk mendengar masalah dan ketakutan pasien dan orang
terdekat.diskusikan persepsi diri pasien sehubungan dengan antisipasi
perubahan dan pola hidup khusus.
2. Kaji stress emosi pasien.identifikasi
kehilangan pada pasien/orang terdekat.dorong pasien untuk mengekspresikan
dengan tepat.
3. Berikan informasi akurat,kuatkan
informasi yang di berikan sebelumnya.
4. Ketahui kekuatn individu dan
identifikasi perilaku koping positif sebelumnya.
5. Berikan lingkungan terbuka pada pasien
untuk mendiskusikan masalah seksualitas.
Kolaborasi
1.
Rujuk konseling professional
sesuai kebutuhan
|
1. Memberikan minat dan perhatian ;
memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsep
2. Perawat perlu menyadari apakah arti
tindakan ini terhadap pasien untuk menghindari tindakan kurang
hati-hati/terlalu menyendiri. Tergantung pada alas an pembedahan (contoh
kanker atau pendarahan jangka panjang) wanita merasa takutr atau bebas. Ia
merasa takut tak mampu memenuhi peran reproduksi dan mengalami kehilangan
3. Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya dan mengasimilasi informasi.
4. Membantu dalam membuat kekuatan yang
telah ada bagi pasien untuk di gunakan dalam situasi saat ini
5. Meningkatkan saling berbagi
keyakinan/nilai tentang subjak sensitive dan mengidentifikasi kesalahan
konsep/mitos yang dapat mempengaruhi penilaian situasi.
1. Mungkin memerlukan bantuan untuk atasi perasaan kehilangan.
|
5.
|
Pola nafas tak efektif berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien memiliki pola nafas
yang efektif dengan kriteria hasil :
-
Menetapkan pola nafas yang
normal
- Tidak terdapat sianosis dan tanda-tanda
hipoksia lainnya
|
Mandiri
1.
Pantau TTV secara
terus-menerus
2. Auskultasi suara napas. Dengarkan adanya
mengi, crow, dan atau keheningan selesai ekstubasi
3. Observasi frekuensi dan kedalaman
pernafasan, perluasan rongga dada, retraksi/pernafasan cuping hidung, warna
kulit, dan aliran udara
4. Letakkan pasien pada posisi yang sesuai,
tergantung pada kekuatan pernafasan dan jenis pembedahan
5. Observasi pengembalian fungsi otot,
terutama otot-otot pernafasan
Kolaborasi
1.
Berikan tambahan oksigen
sesuai kebutuhan
2. Berikan obat-obatan IV seperti nalokson
(narkan) atau doksapram (dopram)
3.
Berikan/pertahankan alat
bantu
pernafasan (ventilator)
|
1. Meningkatnya pernafasan,
takikardi/bradikardi menunjukkan kemungkinan adanya hipoksia
2. Kurangnya suara nafas adalah indikasi
adanya obstruksi oleh mukus.
3. Dilakukan untuk memastikan efektifitas
pernafasan sehingga upaya memperbaiki dapat segera dilakukan
4. Elevasi kepala dan posisi miring akan
mencegah terjadinya aspirasi dari muntah.
5. Setelah pemberian obat-obat relaksasi
otot selama masa intraoperatif, pengembalian fungsi otot pertama kali terjadi
pada diafragma, otot-otot interkostal, dan laring yang akan diikuti dengan
relaksasi kelompok otot-otot utama
1. Dilakukan untuk meningkatkan pengambilan
oksigen yang akan diikat oleh Hb yang menggantikan tempat gas anastesi dan
mendorong pengeluaran gas tersebut melalui zat-zat inhalasi
2. Narkan akan mengubah induksi narkotik
yang menekan SSP dan Dopram menstimulasi gerakan otot-otot pernafasan
3. Dilakukan tergantung pada penyebab
depresi pernafasan atau jenis pembedahan, selang endotrakeal mungkin tetap
pada tempat dan penggunaan mesin bantu pernafasan dipertahankan untuk jangka
waktu tertentu
|
6.
|
Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas usus
|
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di harapkan pasien memiliki pola defekasi
yang normal dengan kriteria hasil :
-
Menunjukan
bunyi usus/aktifitas peristaltic aktif.
-
Mempertahankan pola eliminasi
biasanya.
|
Mandiri
1. Auskultasi bising usus. Perhatikan
distensi abdomen, adanya mual muntah.
2. Bantu pasien untuk duduk pada tempat
tidur dan jalan.
3. Dorong pemasukan cairan adekuat ;
termasuk sari buah, bila pemasukan peroral di mulai.
4.
Berikan rendam duduk.
Kolaborasi :
1. Batasi pemasukan peroral sesuai
indikasi.
2. Perhatikan selang NGT sesuai indikasi.
3. Berikan cairan jernih/banyak di
kembangkan menjadi makanan halus sesuai toleransi.
4. Gunakan selang rektal ; lakukan kompres
hangat pada perut, bila tepat.
5. Berikan obat, contoh pelunak feses,
minyak mineral, laksatif sesuai indikasi
|
1. Indikator adanya perbaikan ileus,
mempengaruhi pilihan intervensi.
2. Ambulasi dini membantu merangsang fungsi
intestinal dan mengembalikan peristaltic.
3. Meningkatkan perlunakan feses, dapat
membantu merangsang peristaltic.
4. Meningkatkan relaksasi otot,
meminimalkan ketidaknyamanan.
1. Mencegah mual/muntah sampai peristaltic
kembali (1-2 hari).
2. Mungkun di pasang pada pembedahan untuk
dekompresi lambung.
3. Bila peristaltic mulai, pemasukan makanan
dan minuman meningkatkan kembalinya eliminasi usus normal.
4.
Meningkatkan pasase flatus.
5.
Meningkatkan
pembentukan/pasase pelunakfeses.
|
7.
|
Resti infeksi berhubungan dengan pemajanan luka insisi terhadap
lingkungan luar.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan klien tidak mengalami infeksi akibat
komplikasi penyakit, dengan kriteria hasil: Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi factor-faktor risiko
individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.
- Pertahankan lingkungan aseptic yang
aman.
- Mencapai penyembuhan luka tepat waktu
bebas eksudat purulen dan tidak demam
|
Mandiri
1.
Tetap
pada fasilitas kontrol infeksi,
2.
sterilisasi,
dan prosedur/kebijakan aseptic.
3.
Fasilitasi penggunaan alat .
4. Ulangi studi laboratorium untuk
kemungkinan infeksi istemik
5. Periksa kulit untuk memeriksa adanya
infeksi yng terjadi.
Kolaborasi
:
1. Lakukan irigasi luka yang banyak.
2. Dapatkan spesimen kultur/pewarnaan Gram.
3.
Berikan antibiotik ssuai
petunjuk.
|
1. Tetapkan mekanisme yang di rancang untuk
mencegah infeksi.
2. Benda-benda yang di paket mungkun tampak
steril, meskipun demikian, setiap benda harus secara teliti di periksa
kesterilanya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan pada paket dan
teknik pengiriman Sterilisasi paket/tanggal kadaluarsa, nomor lot/seri harus
di dokumentasikan jika perlu.
3. Peningkatan SDP akan mengindikasikan
adanya infeksi di mana prosedur operasi akan mengurangi atau munculnya
infeksi sistemik/organ. Di mana mungkuin dapat menyebabkan kontra indikasi
dari prosedur pembedahan dan/atau anestesi.
4. Gangguan pada intregitas kulit atau
dekat dengan lokasi operasi atau sumber kontaminasi luka..
5. Kontaminasi dengan lingkungan/kontak
personal akan menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat
meningkatkan resiko infeksi
1. Dapat di gunakan pada intra operasi
untuk mengurangi jumlah bakteri pada lokasi dan pembersihan luka debris, mis
: tulang, jaringan iskemik, kontaminan usus, toksin.
2. Identifikasi segera tipe-tipe organisme
infeksi dengan pewarnaan Gram, yang memungkinkan di perlukanya pengobatan
yang sesuai pada waktu identifikasi yang lebih khusus melalui kultur dapat di
peroleh dalam waktu beberapa hari/jam
3. Dapat di berikan secara profilaksis bila
di curigai terjadinya infeksi atau kontaminasi.
|
BAB II
TINJAUAN KASUS
Kasus 25
Klien Ny. H 53 th masuk RS sejak kemarin,
anda melakukan pengkajian tanggal 10 Agustus 2005. dari data rujukan RS daerah
sebelumnya klien terdiagnosa ca mammae stadium III B. Keluhan utama saat
pengkajian nyeri pada bagian payudara yang sakit, skala nyeri 5, dan klien
menyatakan nafsu makan menurun karena mual. Mengeluh badan lemas sudah 1 pekan.
Status obstetricG4 P4 AO. Klien makan 3x/hari. Menghabiskan porsi makannya
hanya ½ dari yang disediakan. Terpasang DC 200 cc sejak 3 jam. BAK 1x/hari
lunak. Lingkar mata tampak hitam, konjungtiva pucat, mengantuk, sesekali
menguap, mata agak kemerahan. Dan tampak lesu. BB sekarang 37 kg, TB 144 cm, Hb
8,9 gram%. Klien mengeluh susah tidur memikirkan penyakitnya dan rencana
opreasi mastektomo radikal oleh dokter. TD 100/70 mmHg, nadi kuat
86x/menit, RR 24x/menit, T 37,0 C. Dari
pemeriksaan payudra didapat, mammae kanan terbalut kassa dengan rembesan darah.
Bau tidak sedap.
Soal A
1.
Buat NCP sesuai dengan data
yang ada !
2. Bagaimana dengan implementasi dan evaluasi
terkait !
JAWABAN :
- Rencana NCP pada klien
A
Pengkajian
Ä Data Subyektif
1.
Identitas pasien
Nama :
Ny H
Umur :
53 tahun
2. Keluhan Utama : Nyeri pada bagian payudara yang sakit, skala nyeri 5
3. Riwayat kesehatan sekarang : Ca mamae
stadium III B
4.
Riwayat Obstetri
a.
Riwayat Kehamilan : G4P4A0
5.
Keluhan yang dirasakan :
Â
Klien
mengeluh susah tidur memikirkan penyakitnya dan rencana operasi mastektomi radikal oleh dokter.
Â
Klien
menyatakan nafsu makan menurun karena mual.
Â
Mengeluh
badan lemas sudah 1 pekan.
Ä Data Obyektif
1.
Pemeriksaan Umum
a. Kedaan umum : lemas dan tampak
lesu
b.
Tekanan darah : 100/70 mm Hg
c.
Nadi : 86 x/mnt
d.
RR : 24
x/menit
e.
Suhu : 37 oC
f.
Tinggi Badan
: 144 cm
g.
Berat badan
: 37 kg
2.
Pemeriksaan fisik
Mata : lingkar mata tampak
hitam, konjungtiva pucat, mengantuk, mata agak kemerahan.
Payudara : mammae kanan
terbalut kassa dengan rembesan darah, bau tidak sedap.
3.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hb : 8,9 gram %
B
Analisa Data
No
|
Data
|
Etiology
|
MK
|
1
|
Data Subyektif
Data objektif
_
|
Proses desak ruang jaringan payudara
|
Nyeri
|
2.
|
Data subjektif
Klien mengeluh sussah tidur memikirkan penyakitnya dan rencana mastektomi
radikal oleh dokter.
Data objektif
Tekanan darah : 100/70 mm Hg
Nadi : 86 x/mnt
|
Krisis situasional
|
Cemas
|
3.
|
Data subyektif
Data objektif
|
Penurunan intake per oral kurang dari kebutuhan
|
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan
|
4.
|
Data subyektif
_
Data obyektif
|
Pemajanan erhadap mikroorganisme
|
Resiko tinggi infeksi
|
C
Prioritas masalah
1.
Nyeri
2.
Cemas
3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Resiko tinggi infeksi
D
Diagnosa keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan
dengan proses desak ruang jaringan payudara
b) Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit dan terapinya
c) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan penurunan intake per oral kurang dari kebutuhan.
d) Resiko tinggi infeksi berhbungan dengan
pemajanan terhadap mikroorganisme luar.
E
Perencanaan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan proses desak jaringan
payudara
|
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di harapkan pasien dapat mengontrol
dan mengurangi nyeri, dengan kriteria hasil :
-
TTV normal
-
TD : 120/80 mmHg
-
RR : 24x/menit
-
N : 80x/menit
-
T : 37,5 oC
- Mengatakan bahwa rasa sakit telah
terkontrol/di hilangkan.
-
Tampak santai.
-
Dapat beristirahat atau
tidur.
- Dapat menerapkan tehnik relaksasi untuk
mengurangi nyeri
- Ikut serta dalam aktifitas seuai
kemampuan..
- Klien mampu mendemonstrasikan terapi
farmakologis seperti meminum obat sesuai indikasi
|
Mandiri
- Catat umur dan
berat pasien, masalah medis/psikologis yang muncul kembali, sensifitas
idiosinkratik analgesik dan proses intra operasi. (mis : ukuran/lokasi insisi
penggantian saluran, zat-zat anastesi ) yang di gunakan
-
Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardia,
hipertensi, dan peningkatan pernapasan.
- Evaluasi rasa
sakit secara regular (mis : setiap 2 jam x 12) catat karakteristik, lokasi
dan intensitas (skala 0-10 ).
-
Lakukan reposisi sesuai
petunjuk.
- Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis
: latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Kolaborasi :
Berikan narkotik / analgesik sesuai indikasi
|
- Pendekatan pada
manajemen sakit pasca operasi berdasarkan pada factor-faktor variasi
multiple.
- Perubahan TTV
merupakan indikator nyeri.
- Dapat
mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.
- Mungkin
mengurangi rasa sakit dan meningkatka sirkulasi. Posisi semi fowler dapat
mengurangi tegangan otot abdominal dan otot punggung arthritis.
- Lepaskan tegangan emosional dan otot ;
tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping.
Memberikan penghilang ketidaknyamanan/nyeri dan memfasilitasi tidur,
partisipasi pada terapi pascaoperasi.
|
2.
|
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
terapinya
|
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan klien
berkurang atau bahkan menghilang dengan kriteria hasil :
1.
Klien mampu mengungkapkan
perasaannya.
2. Klien mengetahui tindakan-tindakan
keperawatan/pengobatan yang akan dilalui
3. Klien mengetahui tindakan yang akan
dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi
4. Kecemasan berkurang di tunjukkan dengan
wajah tenang, rileks dan TTV stabil :
§ TD : 110/80 mmHg
§ N : 80 x/menit
5.
Klien mengutarakan cara
mengantisipasi kecemasan
6. Klien merasa senang atas kehadiran
teman-temannya
7. Klien lebih mendekatkan diri pada Tuhan
|
Mandiri
1.
Pantau TTV
2. Berikan kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
3. Dorong diskusi terbuka tentang tumor,
pengalaman orang lain.
4. Memberikan penyuluhan prognosis penyakit dan terapinya.
5. Berikan informasi yang akurat sesuai
kebutuhan dan jika diminta oleh klien/orang terdekat
6.
Identifikasi mereka yang
beresiko terhadap ketidakberhasilan penyesuaian
7.
Berikan dorongan spiritual
8.
Libatkan keluarga dalam
melakukan perawatan
Kolaborasi
Berikan anticemas/hipnotik sesuai indikasi misalnya, diazepam (valium),
flurazepam (dalmane), lorazepam (ativan)
|
1. Peningkatan denyut jantung, nadi, nafas
dan perubahan suhu merupakan indikator adanya suatu kecemasan
2.
Membantu pasien dalam
membangun kepercayaan terhadap tenaga kesehatan
3. Membantu klien untuk meningkatkan
kemandirian dalam pengambilan keputusan
4. Meningkatkan pengetahuan klien tentang
penyakit yang dialami
5. Informasi yang kompleks/informasi yang
menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat dibatasi setelah
periode yang diperpanjang.
6. Untuk mengetahui kemampuan memecahkan
masalah yang efektif, meningkatkan motivasi, dan meningkatkan sistem
pendukung yang positif
7. Perasaan dekat dengan Tuhan dapat
meningkatkan kemampuan klien dalam mengurangi kecemasan
8. Keluarga merupakan support sistem yang
utama bagi klien
Zat-zat anti cemas berguna untuk periode yang singkat untuk membantu
pasien/orang terdekat dalam mengurangi ancietas ke tingkat yang dapat
diatasi, memberikan kesempatan untuk memulai kemampuan koping klien
|
3.
|
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
intake per oral kurang dari kebutuhan
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan klien tercukupi kebutuhan
nutrisinya.
Dengan kriteria hasil:
- klien mengahabiskan porsi makanannya dan
makan 3 x sehari
- BB kembali normal
( 40 – 43 kg)
|
Mandiri
- Pantau masukan setiap hari
- Ukur tinggi badan, berat badan dan
ketebalan kulit trisep (pengukuran antropometrik lainnya sesuai indikasi)
- Kontrol faktor lingkungan
- Ciptakan suasana makan yang
menyenangkan.
- Identifikasi pasien yang mengalami mual
Kolaborasi :
Berikan diet tinggi karbohidrat dan tinggi
protein dan kemudian masukkan cairan adekuat,
|
- Mengidentifikasi kekurangan nutrisi atau
kebuuhan terapi.
- Membantu dalam identifikasi malnutrisi
protein kalori, khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometri kurang
dai normal.
- Lingkungan dapat mengurangi rasa mual
dan muntah.
- Meningkatkan seleramakan klien.
- Mual atau muntah psikogenik terjadi
sebelum kemoterapi mulai secara umum tidak berespon terhadap antiemetik.
- Memberikan nutrien yang cukup untuk
memperbaiki energi, mencegah penggunaan otot, meningkatkan regenerasi
jaringan ayau penyembuhan, dan keseimbangan elektrolit
|
4.
|
Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan pemajanan terhadap mikro organisme.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan klien tidak mengalami infeksi akibat
komplikasi penyakit, dengan kriteria hasil: Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi factor-faktor risiko
individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.
- Pertahankan lingkungan aseptic yang
aman.
- Mencapai penyembuhan luka tepat waktu
bebas eksudat purulen dan tidak demam
|
Mandiri
- Tetap pada fasilitas kontrol infeksi,
sterilisasi, dan prosedur/kebijakan aseptic.
-
Fasilitasi penggunaan alat
secara steril..
-
Periksa kulit untuk memeriksa
adanya infeksi yng terjadi misalnya dengan pengkajian REEDA (Redness, Edema,
Ekimosis, Discharge, Approximately).
- Identifikasi gangguan pada teknik
aseptic dan atasi dengan segera pada waktu terjadi.
Kolaborasi :
- Lakukan irigasi luka yang banyak.
- Dapatkan spesimen kultur/pewarnaan Gram.
-
Berikan antibiotik ssuai petunjuk.
|
- Tetapkan mekanisme yang di rancang untuk
mencegah infeksi.
- Benda-benda yang di paket mungkin tamak
steril, meskipun demikian, setiap benda harus secara teliti di periksa
kesterilanya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan pada paket dan
teknik pengiriman Sterilisasi paket/tanggal kadaluarsa, nomor lot/seri harus
di dokumentasikan jika perlu.
- Gangguan pada intregitas kulit atau
dekat dengan lokasi operasi atau sumber kontaminasi luka.
Menggunting/bercukur secara berhati-hati adalah imperatif untuk mencegah
abrasi dan penolehan pada kulit.
- Kontaminasi dengan lingkungan/kontak
personal akan menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga
dapat meningkatkan resiko infeksi.
- Dapat di gunakan pada intra operasi
untuk mengurangi jumlah bakteri pada lokasi dan pembersihan luka debris, mis
: tulang, jaringan iskemik, kontaminan usus, toksin.
- Identifikasi segera tipe-tipe organisme
infeksi dengan pewarnaan Gram, yang memungkinkan di perlukanya pengobatan
yang sesuai pada waktu identifikasi yang lebih khusus melalui kultur dapat di
peroleh dalam waktu beberapa hari/jam.
Dapat di berikan secara profilaksis bila di curigai terjadinya infeksi
atau kontaminasi.
|
Dari evaluasi lebih lanjut didapatkan data :
Masih
tampak lingkaran hitam disekitar matanya. Klien akan mencoba minum susu hangat
sebelum tidur agar mempermudahnya terlelap. TD 110/80 mmHg, RR20 x/menit, N 80
x/menit. Klien dapat mendemonstrasikan
cara tekhnik nafas dalam untuk mengurangi nyeri, skala nyeri 4. klien mencoba
untuk tidur tetapi tidak bisa terlelap karena panas dan ramai oleh pengunjung
pasien lainnya. Klien menyatakan paling suka sayur sop tetapi di RS jarang
disediakan. Keluarga klien menyatakan dapat menyediakan makanan kesukaan klien
agar klien mau makan banyak. Saat penggantian balutan tampak mammae seperti
bunga kol, perdarahan dan nanah (+), bau (+). Klien tidak dapat menggerakkan
tangan kanannya karena nyeri. Klien tampak menyendiri dan jarang terlibat
percakapan dengan klien lainnya ataupun pengunjung yang mengunjunginya.
Soal B
1.
Apakah terdapat Dx keperawatan
baru ?
2. Bagaimana dengan prioritas Dx keperwatan
anda bila ada Dx barii dan buat NCPnya !
Jawaban
A
Analisa data
No
|
Data
|
Masalah keperawatan
|
1
|
Data subyektif
_
Data obyektif
Klien tampak menyendiri dan jarang
terlibat percakapan dengan klien lainnya ataupun pengunjung yang
mengunjunginya.
|
Menarik diri
|
B
Prioritas masalah
1.
Menarik diri
2.
Nyeri
3.
Resiko tinggi infeksi
4.
pemenuhan nutrisi kurang dari
nutrisi
C
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan konsep diri : Menarik diri
berhubungan dengan krisis situasional
2. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan
dengan proses desak jaringan payudara ( Stadium III B )
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
pemajanan terhadap mikroorganisme.
4. pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan penurunan intake per oral kurang dari kebutuhan
No
|
watan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
|
Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan
proses desak ruang jaringan payudara.
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien mampu mengontrol nyeri
yang dibuktikan dengan
1. Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi
ketidaknyamanan dengan tepat
2. Mengungkapkan berkurangnya nyeri
|
Mandiri
Ø Tentukan adanya lokasi dan sifat ketidaknyamanan.
Ø Berikan kompres panas lembab diantara 380-43,20C
selama 20 menit, 3-4 x/hari setelah 24 jam pertama
Ø Kaji nyeri tekan tentukan adnya dan frekuensi atau intensitas
after pain. Perhatikan faktor-faktor pemberat
Ø Catat umur dan berat pasien, masalah
medis/psikologis yang mungkin muncul kembali, sensitivitas idiosinkratik
analgesik dan proses intra operasi yang digunakan.
Ø Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri,
perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis dan gerakan melindungi
atau terbatas
.
Ø Kaji tanda-tanda vital.
Ø Ubah posisi klien.
Ø Berikan informasi mengenai sifat
ketidaknyamanan.
Kolaborasi
Ø Berikan analgesik sesuai dengan indikasi.
|
Ø Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus dan
intervensi yang tepat
Ø Memberi anastesia local, meningkatkan
vasokonstriksi dan mengurangi edema dan vasodilatasi
Ø Meningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa
control, dan kembali memfokuskan perhatian..
Ø Pendekatan pada manajemen rasa sakit pasca
operasi berdasarkan pada faktor-faktor variasi multiple.
Ø Klien mungkin tidak secara verbal melaporkan
nyeri dan ketidaknyamanan secara langsung.
Ø Dapat mengidentifikasi rasa sakit dan
ketidaknyamanan.
Ø Merilekskan ototdan mengalihkan perhatian dari
sensori nyeri, meningkatkan kenyamanan.
Ø Untuk memahami penyebab nyeri.
Ø Untuk mencegah rasa sakit..
|
2.
|
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
berhubungan dengan pembesaran jaringan payudara.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
klien mampu
Ø Mempunyai koping yang efektif
Ø
Menerima kondisinya
|
Ø Dorong pertanyaan saat ini dan harapan yang akan datang.
Ø Identifikasi masalah peran sebagai wanita, istri, ibu, wanita
karir dan sebagainya.
Ø Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan mis : marah,
bermusuhan dan berduka.
Ø Yakinkan perasaan / masalah pasangan sehubungan dengan aspek
seksual, dan memberikan informasi dan dukungan.
|
Ø Kehilangan payudara menyebabakan reaksi, termasuk perasaan
perubahan gambaran diri, takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan
terhadap perubahan tubuh.
Ø Dapat menyatakan bagaimana pandangan diri pasien telah berubah.
Ø Kehilangan bagian tubuh dam menerima kehilangan hasrat seksual
menambah proses kehilangan yang membutuhkan penerimaan sehingga pasien dapat
membuat rencana untuk masa depan.
Ø Respon negative yang diarahkan pada pasien dapat secara actual
menyatakan masalah pasangan tentang rasa sedih pasien, takut kanker / kem
atian, kesulitan dalam menghadapi perubahan kepribadian / perilaku pasien,
atau ketidakmampuan untuk melihat area operasi.
|
3.
|
Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan
pasien paham tentang tindakan prosedur yang dibuktikan dengan:
|
Ø Catat tingkat stres dan apakah prosedur direncanakan atau tidak
Ø Berikan informasi akurat dengan istilah- istilah sederhana
Ø Gambarkan prosedur pra operatif dengan jelas,dan berikan rasional
dengan tepat
Ø Berikan lingkungan perhatian, keterbukaan dan penerimaan juga
privasi untuk pasien /orang terdekat. Anjurkan bahwa orang terdekat ada
kapanpun diinginkan.
Ø Diskusikan peran rehabilitasi setelah pembedahan
![]() |
Ø Mengidentifikasi kesiapan klien /pasangan untuk menerima informasi
Ø Memberikan informasi dan mengklarifikasi kesalahsn konsep.
Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi pemahaman klien terhadap situasi.
Ø Inpormasi memungkinkan klien mengantipasi kejadian dan memahami
alasan intervensi atau tindakan
Ø Waktu dan privasi diperlukan untuk memberikan dukungan, diskusi
perasaan tentang antisipasi kehilangan dan masalah lain. Komunikasi
terapeutik dan pertanyaan terbuka,
mendengarkan dan sebagainya memudahkan proses ini.
Ø Rehabilitasi adalah komponen terapi penting untuk memenuhi
kebutuhan fisik, social, emosional, dan vokasional sehingga pasien dapat
mencapai tingkat fisik dan fungsi emosi sebaik mungkin.
|
B. POST OPERASI
|
||||
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Gangguan rasa nyaman
nyeri (post op) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
|
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di
harapkan pasien dapat mengontrol dan mengurangi nyeri, dengan kriteria hasil
:
-
Mengatakan
bahwa rasa sakit telah terkontrol/di hilangkan.
- Tampak santai.
- Dapat beristirahat atau tidur.
- Ikut serta dalam aktifitas seuai
kemampuan..
|
Mandiri
Ø Catat umur dan berat pasien, masalah
medis/psikologis yang muncul kembali, sensifitas idiosinkratik analgesik dan
proses intra operasi. (mis : ukuran/lokasi insisi penggantian saluran,
zat-zat anastesi ) yang di gunakan
Ø Kaji tanda-tanda vital, perhatikan taki kardia,
hipertensi, dan peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya
rasa sakit.
Ø Evaluasi
rasa sakit secara regular (mis : setiap 2 jam x 12) catat karakteristik,
lokasi dan intensitas (skala 0-10 ).
Ø Lakukan reposisi sesuai petunjuk.
Ø Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis :
latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Kolaborasi :
Ø Analgesik IV (setelah mengulangi catatan
anestesi untuk kontraindikasi dan/atau menyebabkan analgesia) ; menyediakan
analgesia setiap saat dengan dosis penyelamat yang intermiten
Ø Analgetik dikontrol pasien (ADP).
Ø Anestesi lokal, misalnya blok epidural.
|
Ø Pendekatan pada manajemen sakit pasca operasi
berdasarkan pada factor-faktor variasi multiple.
Ø Sediakan informasi mengenai
kebutuhan/efektifitas intervensi.
Ø Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan
ketidaknyamanan.
Ø Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatka
sirkulasi.
Ø Lepaskan tegangan emosional dan otot ;
tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan
koping.
Ø Analgesik IV akan dengan segera mencapai pusat
rasa sakit, menimbulkan penghilangan yng lebih efektif dengan obat dosis
kecil. Pemberian IM akan memakan waktu lebih lama dean keefektifanya
bergantung kepada tingkat dan absorbsi sirkulasi.
Ø Penggunaan ADP mengharuskan instruksi secara
detail pada metode penggunaanya dan harus di pantau secara ketat namun
dianggap sangat efektif dalam mengatasi rasa sakit pasca operasi dengan
jumlah narkotik yang sedikit.
Ø Analgesik mungkin di injekskan ke dalam lokasi
operasi atau saraf ke lokasi yang mungkin tepat terlindung pada pascaoperasi
yang segera untuk mencegah penyakit.
|
2.
|
Kerusakan integritas
jaringan berhubungan dengan insisi jaringan
|
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di
harapkan pasien dapat
Kriteria
hasil :
- Mencapai penyembuhan luka
-
Mendemonstrasikan
tingkah laku/tekhnik untuk meningkatkan kesembuhan dan untuk mencegah
komplikasi.
|
Mandiri
Ø
Beri
penguatan pada balutan awal/pengantian sesuai
indikasi.Gunakan tekhnik aseptic yang ketat.
Ø
Secara hati-hati lepaskan perekat.
Ø
Gunakan
sealant atau barier kulit sebelum perekat jika di perlukan.Gunakan perekat
yang halus/silk (hipoalergik atau perekat Montgoumery/elastis untuk membalut
luka yang membutuhkan pergantian balutan yang sering ).
Ø Periksa tegangan balutan. Beri perekat
pada pusat insisi ke tepi luar dari balutan luka. Hindari
menutup pada seluruh ekstremitas.
Ø Periksa luka secara teratur catat
karakteristik dan integritas kulit.
Kolaborasi :
Ø
Berikan
es pada daerah luka jika di butuhkan.
Ø
Irigasi
luka ; bantu dengan melakukan debridemen sesuai kebutuhan.
|
Ø
Lindungi
luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah
akumulasi cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi.
Ø
Mengurangi resiko trauma kulit dan gangguan pada
luka.
Ø
Menurunkan
resiko terjadinya trauma kulit atau abrasi dan memberikan perlindungan
tambahan untuk kulit atau jaringan yang halus.
Ø
Dapat
menggangu atau membendung sirkulasi pada luka sekaligus bagian distal dari
ekstremitas.
Ø
Pengenalan
akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/berkembangnya komplikasi secara
dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius.
Ø
Menurunkan
pembentukan edema yang mungkin menyebabka tekanan yang tidak dapat di
identifikasi pada luka selama periode pasa operasi tertentu.
Ø
Membuang
jaringan nekrotik/luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan.
|
3.
|
Resti infeksi berhubungan
dengan pemajanan luka insisi terhadap lingkungan luar
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan klien tidak
mengalami infeksi akibat komplikasi penyakit, dengan kriteria hasil: Kriteria
hasil :
-
Mengidentifikasi
factor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi potensial
infeksi.
-
Pertahankan
lingkungan aseptic yang aman.
-
Mencapai
penyembuhan luka tepat waktu bebas eksudat purulen dan tidak demam
|
Mandiri
Ø
Tetap
pada fasilitas kontrol infeksi, sterilisasi, dan prosedur/kebijakan aseptic.
Ø Fasilitasi
penggunaan alat .
Ø
Ulangi
studi laboratorium untuk kemungkinan infeksi istemik.
Ø
Periksa
kulit untuk memeriksa adanya infeksi yng terjadi.
Ø
Identifikasi
gangguan pada teknik aseptic dan atasi dengan segera pada waktu terjadi.
Kolaborasi :
Ø
Lakukan
irigasi luka yang banyak.
Ø
Dapatkan
spesimen kultur/pewarnaan Gram.
Ø Berikan antibiotik ssuai petunjuk.
|
Ø
Tetapkan
mekanisme yang di rancang untuk mencegah infeksi.
Ø
Benda-benda
yang di paket mungkun tampak steril, meskipun demikian, setiap benda harus
secara teliti di periksa kesterilanya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek
lingkungan pada paket dan teknik pengiriman Sterilisasi paket/tanggal
kadaluarsa, nomor lot/seri harus di dokumentasikan jika perlu.
Ø
Peningkatan
SDP akan mengindikasikan adanya infeksi di mana prosedur operasi akan
mengurangi atau munculnya infeksi sistemik/organ. Di mana mungkuin dapat
menyebabkan kontra indikasi dari prosedur pembedahan dan/atau anestesi.
Ø
Gangguan
pada intregitas kulit atau dekat dengan lokasi operasi atau sumber
kontaminasi luka..
Ø
Kontaminasi
dengan lingkungan/kontak personal akan menyebabkan daerah yang steril menjadi
tidak steril sehingga dapat meningkatkan resiko infeksi.
Ø
Dapat
di gunakan pada intra operasi untuk mengurangi jumlah bakteri pada lokasi dan
pembersihan luka debris, mis : tulang, jaringan iskemik, kontaminan usus,
toksin.
Ø
Identifikasi
segera tipe-tipe organisme infeksi dengan pewarnaan Gram, yang
memungkinkan di perlukanya pengobatan yang sesuai pada waktu identifikasi
yang lebih khusus melalui kultur dapat di peroleh dalam waktu beberapa
hari/jam.
Ø
Dapat
di berikan secara profilaksis bila di curigai terjadinya infeksi
|
4.
|
Gangguan keseimbangan
cairan berhubungan dengan depresi medulla oblongata.
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan
klien dapat terpenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit yang dibuktikan dengan:
Ø Kebutuhan cairan terpenuhi dengan 2000-2500 ml/hari
Ø Eliminasi urin teratur
Ø TTV normal
Ø Mual muntah berkurang
Ø Tidak ada luka pembengkakan
Ø Tidak ada hipotensi akibat penurunan vasomotor
|
Mandiri
Ø Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran
(termasuk pengeluaran cairan gastrointestinal). Tinjau ulang catatan
intraoperasi
Ø Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe
prosedur operasi yang dilakukan
Ø Berikan bantuan pengukuranberkemih sesuai kebutuhan.
Misalnya privasi, posisi duduk, air yang mengalir dalam BAK, mengalirkan air
hangat diatas perineum.
Ø Pantau tanda-tanda vital
Ø Catat munculnya mual muntah. Riwayat pasien
mabuk perjalanan
Ø Periksa pembalut pada alat drein pada interval
regular. Kaji luka untuk terjadinya pembengkakan
Ø Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
Kolaborasi :
Ø Berikan cairan parenteral, produksi darah dan/
atau plasma sekspander sesuai petunjuk. Tingkatkan intravena jika diperlukanPilaktik sehubungan dengan resiko infeksi
|
Ø Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam
mengidentifikasi pengeluaran cairan/ kebutuhan penggantian dan
pilihan-pilihan yang mempengaruhi intervensi
Ø Mungkin akan terjadi penurunan ataupun
penghilangan setelah prosedur pada system genitourinarius dan/ atau struktur
yang membedakan (misalnya: ureteroplasti, ureterolitotomi, histeroktomi
abdominal ataupun vaginal), mengindikasikan malfungsi ataupun obstruksi system
urinarius.
Ø Meningkatkan relaksasi oto parineal dan
memudahkan upaya pengosongan.
Ø Hipotensi, takikardi, peningkatan pernafasan
mengindikasikan kekurangan cairan, misal dehidrasi/ hipovolemia.
Ø wanita pasien dengan obesitas dan mereka yang memiliki
kecenderungan mabuk perjalanan penyakit memiliki risiko mual/ muntah yang
lebih tinggi pada masa pascaoperasi. Selain itu semakin lama durasi anestesi,
semakin besar resiko untuk mual.
Ø Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada
hipovolemia/ hemoragi. Pembengkakan local mungkin mengindikasikan formasi
hematoma/ perdarahan. Catatan kedalam rongga (misalnya retroperitoneal)
mungkin tersembunyi dan hanya terdiagnosa melalui depresi tanda-tanda vital,
laporan pasien akan sensasi tekanan pada daerah yang terpengaruh
Ø Kulit dingin/ lembab, denyut yang lemah
mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian
cairan tambahan.
Ø
Gantikan
kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu penggantian volume
sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi, misalkan
ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, pingsan kardiovaskuler. Catatan :
pada awalnya mungkin dibutuhkan peningkatan volume untuk mendukung volume
sirkulasi/ mencegah hipotensi karena penurunan tonus vasomotor akan mengikuti
pemberian fluothane. Pemasukan oral bergantung kepada pengembalian fungsi
gastrointestinal.
|
5.
|
Bersihan jalan nafas tak
efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
klien memiliki bersihan jalan nafas yang efektif dengan kriteria hasil :
- Menunjukkan hilangnya dispnea
-
Mempertahankan
jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
-
Menunjukkan
perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan nafas
|
Mandiri
Ø
Catat
perubahan upaya dan pola bernafas
Ø
Observasi
penurunan ekspansi dinding dada dan adanya/peningkatan fremitus
Ø Catat
karakteristik bunyi nafas
Ø
Bantu dengan batuk/nafas dalam, ubah posisi dan
penghisapan sesuai indikasi
Kolaborasi
Ø Berikan oksigen
lembab, cairan IV
Ø Berikan terapi aerosol, nebuliser ultrasonik
Ø
Bantu
dengan fisioterapi dad, contoh drainase postural, perkusi dada/vibrasi sesuai
indikasi
|
Ø
Penggunaan
otot interkostal/abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas
Ø
Ekspansi
dada terbatas atau tak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan
sekret dalam seksi lobus
Ø
Karakteristik dapat berubah tergantung pada
penyebab/etiologi gagal pernafasan
Ø
Pengumpulan
sekresi mengganggu ventilasi atau edema paru
Ø
Kelembaban
menghilangkan dan memobilisasi sekret dan meningkatkan transpor oksigen
Ø
Pengobatan
diberikan untuk mengirim oksigen/bronkodilatasi/kelembaban dengan kuat pada
alveoli dan untuk memobilisasi sekret
Ø
Meningkatkan
drainase/eliminasi sekret paru ke dalam sentral bronkus.
|
6.
|
Pola nafas tak efektif
berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
klien memiliki pola nafas yang efektif dengan kriteria hasil :
- Menetapkan pola nafas yang normal
-
Tidak
terdapat sianosis dan tanda-tanda hipoksia lainnya
|
Mandiri
Ø Pantau TTV secara terus-menerus
Ø
Auskultasi suara napas. Dengarkan adanya mengi,
crow, dan atau keheningan selesai ekstubasi
Ø
Observasi frekuensi dan kedalaman pernafasan,
perluasan rongga dada, retraksi/pernafasan cuping hidung, warna kulit, dan
aliran udara
Ø
Letakkan
pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernafasan dan jenis
pembedahan
Ø
Observasi
pengembalian fungsi otot, terutama otot-otot pernafasan
Kolaborasi
Ø Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan
Ø
Berikan obat-obatan IV seperti nalokson (narkan) atau
doksapram (dopram)
Ø Berikan/pertahankan alat bantu
pernafasan (ventilator)
|
Ø
Meningkatnya
pernafasan, takikardi/bradikardi menunjukkan kemungkinan adanya
hipoksia
Ø
Kurangnya
suara nafas adalah indikasi adanya obstruksi oleh mukus.
Ø
Dilakukan
untuk memastikan efektifitas pernafasan sehingga upaya memperbaiki dapat
segera dilakukan
Ø
Elevasi
kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aspirasi dari muntah.
Ø
Setelah
pemberian obat-obat relaksasi otot selama masa intraoperatif, pengembalian
fungsi otot pertama kali terjadi pada diafragma, otot-otot interkostal, dan
laring yang akan diikuti dengan relaksasi kelompok otot-otot utama
Ø
Dilakukan
untuk meningkatkan pengambilan oksigen yang akan diikat oleh Hb yang
menggantikan tempat gas anastesi dan mendorong pengeluaran gas tersebut
melalui zat-zat inhalasi
Ø
Narkan
akan mengubah induksi narkotik yang menekan SSP dan Dopram menstimulasi
gerakan otot-otot pernafasan
Ø
Dilakukan
tergantung pada penyebab depresi pernafasan atau jenis pembedahan, selang
endotrakeal mungkin tetap pada tempat dan penggunaan mesin bantu pernafasan
dipertahankan untuk jangka waktu tertentu
|
7.
|
Konstipasi berhubungan
dengan penurunan motilitas usus
|
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di
harapkan pasien memiliki pola defekasi yang normal dengan kriteria hasil :
-
Menunjukan
bunyi usus/aktifitas peristaltic aktif.
-
Mempertahankan pola eliminasi
biasanya.
|
Mandiri
Ø
Auskultasi
bising usus. Perhatikan distensi abdomen, adanya mual muntah.
Ø
Bantu
pasien untuk duduk pada tempat tidur dan jalan.
Ø
Dorong
pemasukan cairan adekuat ; termasuk sari buah, bila pemasukan peroral di
mulai.
Ø Berikan rendam duduk.
Kolaborasi :
Ø
Batasi
pemasukan peroral sesuai indikasi.
Ø
Perhatikan
selang NGT sesuai indikasi.
Ø
Berikan
cairan jernih/banyak di kembangkan menjadi makanan halus sesuai toleransi.
Ø
Gunakan
selang rektal ; lakukan kompres hangat pada perut, bila tepat.
Ø
Berikan
obat, contoh pelunak feses, minyak mineral, laksatif
|
Ø
Indikator
adanya perbaikan ileus, mempengaruhi pilihan intervensi.
Ø
Ambulasi
dini membantu merangsang fungsi intestinal dan mengembalikan peristaltic.
Ø
Meningkatkan perlunakan feses, dapat
membantu merangsang peristaltic.
Ø
Meningkatkan
relaksasi otot, meminimalkan ketidaknyamanan.
Ø
Mencegah
mual/muntah sampai peristaltic kembali (1-2 hari).
Ø
Mungkun
di pasang pada pembedahan untuk dekompresi lambung.
Ø
Bila peristaltic mulai, pemasukan makanan
dan minuman meningkatkan kembalinya eliminasi usus normal.
Ø Meningkatkan
pasase flatus.
Ø Meningkatkan pembentukan/pasase pelunakfeses.
|
8.
|
Gangguan body image
berhubungan dengan krisis situasi
|
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di
harapkan pasien dapat menerima keadaanya/harga diri yang kuat, dengan
kriteria hasil :
-
Menyatakan
masalah dan menunjukkan yang sehat untuk menghadapinya.
- Menyatakan penerimaan diri pada situasi
dan adaptasi terhadap perubahan pada citra tubuh/tubuh.
|
Mandiri
Ø
Berikan waktu untuk mendengar masalah dan ketakutan
pasien dan orang terdekat.diskusikan persepsi diri pasien sehubungan dengan
antisipasi perubahan dan pola hidup khusus.
Ø Kaji stress emosi pasien.identifikasi
kehilangan pada pasien/orang terdekat.dorong pasien untuk mengekspresikan
dengan tepat.
Ø
Berikan
informasi akurat,kuatkan informasi yang di berikan sebelumnya.
Ø
Ketahui
kekuatn individu dan identifikasi perilaku koping positif sebelumnya.
Ø
Berikan
lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah seksualitas.
Kolaborasi
Ø Rujuk konseling professional sesuai kebutuhan
|
Ø
Memberikan
minat dan perhatian ; memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan
konsep
Ø
Perawat
perlu menyadari apakah arti tindakan ini terhadap pasien untuk menghindari
tindakan kurang hati-hati/terlalu menyendiri. Tergantung pada alas an
pembedahan (contoh kanker atau pendarahan jangka panjang) wanita merasa
takutr atau bebas. Ia merasa takut tak mampu memenuhi peran reproduksi dan
mengalami kehilangan
Ø
Memberikan
kesempatan pada pasien untuk bertanya dan mengasimilasi informasi.
Ø
Membantu
dalam membuat kekuatan yang telah ada bagi pasien untuk di gunakan dalam
situasi saat ini
Ø
Meningkatkan
saling berbagi keyakinan/nilai tentang subjak sensitive dan mengidentifikasi
kesalahan konsep/mitos yang dapat mempengaruhi penilaian situasi.
Ø
Mungkin
memerlukan bantuan untuk atasi
perasaan kehilangan.
|
IMPLEMENTASI / NURSING NOTE
Dx
|
Hari / tanggal
|
IMPLEMENTASI
|
RESPON
|
TTD
|
1
|
Rabu, 10 agustus 2005
Jam 08.00 WIB
|
1. Mengajarkan klien tehnik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri yaitu tehnik relaksasi.
2. Mengajarkan klien tehnik napas dalam
3. Mengajarkan klien menginterprestasikan nyeri
dengan menggunakan skala nyeri 0 - 10
4. Membantu klien untuk meningkatkan rasa nyaman.
5. Memberikan kompres lembab pada daerah payudara
|
1. Klien mampu menggunakan tehnik relaksasi untuk
mengurangi nyeri.
2. Klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang
3. Klien menginterprestasikan nyerinya dalam skala
4
4. Klien mengatakan nyeri berkurang.
5. Klien merasa nyaman.
|
|
2.
|
Rabu, 10 agustus 2005
Jam 08.00 WIB
|
1. Mengkaji tingkat kecemasan klien
2. Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakitnya.
3. Memberikan informasi tentang penyakitnya dan
proses terapinya
4. Menjelaskan tentang pentingnya proses terapi
5. Mengobservasi tingkat pengetahuan klien
|
1. Menceritakan keluhan dan kecemasan akan penyakitnya.
2. Klien bekerjasama dalam proses pengkajian
3. Klien bekerjasama dalam proses keperawtan
4. Klien mampu bekerjasama dalam pemberian
penyuluhan kesehatan
5. Klien mampu menyebutkan dan menjelaskan kembali
tentang materi yang telah disampaikan, kegelisahan klien sudah berkurang
|
|
3.
|
Rabu, 10 agustus 2005
Jam 08.00 WIB
|
1. Memantau masukan makanan setiap hari.
2. Menciptakan suasana makan yang
menyenangkan
3. Mengukur berat badan klien
|
1. Klien bekerja sama dalam pemberian
asupan makanan
2. Klien menjadi berselera untuk makan
3. Berat badan klien bertambah
|
|
4.
|
Rabu, 10 agustus 2005
Jam 08.00 WIB
|
1. Mengontrol tindakan infeksi seperti
mencuci tangan dll.
2. Memeriksa kulit untuk memeriksa adanya
infeksi yang terjadi misalnya dengan pengkajian REEDA (Redness, Edema,
Ekimosis, Discharge, Approximately)
|
1. Klien mampu bekerja sama dalam perawatan
kesehatan.
2. Klien mampu bekerja sama dalam proses
keperawatan.
|
EVALUASI
No Dx
|
Evaluasi
|
TTD
|
1.
|
S :
Klien mengatakan nyeri terkontrol
O :
Pengukuran skala nyeri sudah menurun mencapai skala 4
A :
Gangguan rasa nyaman nyeri teratasi
P :
Pertahankan hasil yang telah dicapai
|
|
2.
|
S : Klien mengatakan akan mencoba minum susu hangat
sebelum tidur agar mempermudahknnya terlelap.
O : Masih tampak lingkaran hitam di matanya, TD
110/80 mmHg, N 80 x/menit
A : Cemas yang dialami klien sedikit berkurang
P : Pertahankan hasil yang telah dicapai dan
teruskan intervensi
|
|
3.
|
S : Klien menyatakan paling suka sayur sop, tetapi di RS jarang disediakan.
O : Klien mau makan karena keluarga dapat
menyediakan makanan kesukaan klien
A : Pemenuhan nutrisi tercukupi
P : Pertahankan hasil yang telah di capai dan
teruskan intervensinya.
|
|
4.
|
S : _
O : Tampak mammae seperti bunga kol, perdarahan dan nanah (+) dan bau (+).
A :
Belum bisa
teratasi
P : Tetapkan mekanisme yang di rancang untuk
mencegah infeksi.
|
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
2
3
4
|
Gangguan konsep diri : Menarik diri berhubungan dengan krisis
situasional
Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan
proses desak ruang jaringan payudara
Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan pemajanan terhadap mikro organisme.
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan penurunan intake per oral kurang dari kebutuhan
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan klien
tampak mau berinteraksi dengan kriteria hasil :
1. Bina hubungan saling percaya
2. klien mampu mengungkapkan perasaannya
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di
harapkan pasien dapat mengontrol dan mengurangi nyeri, dengan kriteria hasil
:
-
TTV normal
-
TD : 120/80 mmHg
-
RR : 24x/menit
-
N : 80x/menit
-
T : 37,5 oC
-
Tampak santai.
-
Dapat beristirahat atau
tidur.
- Dapat menerapkan tehnik relaksasi untuk
mengurangi nyeri
Ikut serta dalam aktifitas
seuai kemampuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan klien tidak mengalami infeksi akibat
komplikasi penyakit, dengan kriteria hasil: Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi factor-faktor risiko
individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.
- Pertahankan lingkungan aseptic yang
aman.
- Mencapai penyembuhan luka tepat waktu
bebas eksudat purulen dan tidak demam
Setelah diberikan asuhan keperawatan klien tercukupi kebutuhan
nutrisinya.
Dengan kriteria hasil:
- klien mengahabiskan porsi makanannya dan
makan 3 x sehari
- BB kembali normal
( 40 – 43 kg)
|
1. Berikan informasi yang akurat.
Diskusikan tentang pengobatan dan prognosa dengan jujur jika pasien sudah
berada pada fase menerima
2. bicarakan arti kehilangan atau perubahan
dengan pasien / orang terdekat. Kaji interaksi antara pasien dan orang
terdekat
3. terima keadaan pasien, perlihatkan
perhatian kepada pasien sebagai individu anjurkan pasien mengidentifikasi
kekuatan, beri umpan balik yang positif untuk memgembangkan atau kemajuan
yang ada.
4. hati hati terhadap lelucon yang
berorientasi seksual / menggoda atau adanya perilaku agresif. Hilangkan
kehawatiran, ketakutan perasaan saat ini / harapan harapan di masa datang.
Mandiri
- Catat umur dan
berat pasien, masalah medis/psikologis yang muncul kembali, sensifitas
idiosinkratik analgesik dan proses intra operasi. (mis : ukuran/lokasi insisi
penggantian saluran, zat-zat anastesi ) yang di gunakan
- Kaji tanda-tanda
vital
- Evaluasi rasa sakit
secara regular (mis : setiap 2 jam x 12) catat karakteristik, lokasi dan
intensitas (skala 0-10 ).
-
Lakukan reposisi sesuai
petunjuk
- Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis
: latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Kolaborasi :
Berikan narkotik / analgesik sesuai indikasi
Mandiri
- Tetap pada fasilitas kontrol infeksi,
sterilisasi, dan prosedur/kebijakan aseptic.
-
Fasilitasi penggunaan alat
secara steril..
-
Periksa kulit untuk memeriksa
adanya infeksi yng terjadi misalnya dengan pengkajian REEDA (Redness, Edema,
Ekimosis, Discharge, Approximately).
- Identifikasi gangguan pada teknik
aseptic dan atasi dengan segera pada waktu terjadi.
Kolaborasi :
- Lakukan irigasi luka yang banyak.
- Dapatkan spesimen kultur/pewarnaan Gram
Berikan
antibiotik ssuai petunjuk.
Mandiri
- Pantau masukan setiap hari
- Ukur tinggi badan, berat badan dan
ketebalan kulit trisep (pengukuran antropometrik lainnya sesuai indikasi)
- Kontrol faktor lingkungan
- Ciptakan suasana makan yang
menyenangkan.
- Identifikasi pasien yang mengalami mual
Kolaborasi :
Berikan diet tinggi
karbohidrat dan tinggi protein dan kemudian masukkan cairan adekuat
|
1. Fokus informasi harus diberikan pada
kebutuhan – kebutuhan sekarangdan segera lebih dulu dan dimasukkan dalam
tujuan rehabilitasi jangka panjang. Informasi harus di ulang sampai pasien
dapat mencari / mengintegrasikan informasi
2. perubahan yang aktual dari gambaran diri
pasien mungkin berbeda dari yang dirasakan pasien. Penyimpangan mungkin
secara tidak sadar disebabkan oleh orang terdeka atau keluarga
3. membina suasana teraupetik pada pasien
untuk memulai penerimaan diri
4. kecemasan berkembang sebagai akibat dari
hilangnya atau adanya perubahan harga diri yang sering menghancurkan dan meluluhkan
hati khususnya perubahan fungsi / penampilan
- Pendekatan pada manajemen sakit pasca operasi
berdasarkan pada factor-faktor variasi
multiple.
- Perubahan TTV
merupakan indikator nyeri
Dapat
mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.
Mungkin
mengurangi rasa sakit dan meningkatka sirkulasi. Posisi semi fowler dapat
mengurangi tegangan otot abdominal dan otot punggung arthritis.
Lepaskan tegangan emosional dan otot ;
tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping.
Memberikan
penghilang ketidaknyamanan/nyeri dan memfasilitasi tidur, partisipasi pada
terapi pascaoperasi
- Tetapkan mekanisme yang di rancang untuk
mencegah infeksi.
- Benda-benda yang di paket mungkin tamak
steril, meskipun demikian, setiap benda harus secara teliti di periksa
kesterilanya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan pada paket dan
teknik pengiriman Sterilisasi paket/tanggal kadaluarsa, nomor lot/seri harus
di dokumentasikan jika perlu.
- Gangguan pada intregitas kulit atau
dekat dengan lokasi operasi atau sumber kontaminasi luka.
Menggunting/bercukur secara berhati-hati adalah imperatif untuk mencegah
abrasi dan penolehan pada kulit.
- Kontaminasi dengan lingkungan/kontak
personal akan menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga
dapat meningkatkan resiko infeksi.
- Dapat di gunakan pada intra operasi
untuk mengurangi jumlah bakteri pada lokasi dan pembersihan luka debris, mis
: tulang, jaringan iskemik, kontaminan usus, toksin.
- Identifikasi segera tipe-tipe organisme
infeksi dengan pewarnaan Gram, yang memungkinkan di perlukanya pengobatan
yang sesuai pada waktu identifikasi yang lebih khusus melalui kultur dapat di
peroleh dalam waktu beberapa hari/jam.
- Dapat di berikan secara profilaksis bila
di curigai terjadinya infeksi atau kontaminasi.
- Mengidentifikasi kekurangan nutrisi atau
kebuuhan terapi.
- Membantu dalam identifikasi malnutrisi
protein kalori, khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometri kurang
dai normal.
- Lingkungan dapat mengurangi rasa mual
dan muntah.
- Meningkatkan seleramakan klien.
- Mual atau muntah psikogenik terjadi
sebelum kemoterapi mulai secara umum tidak berespon terhadap antiemetik.
Memberikan nutrien yang cukup untuk
memperbaiki energi, mencegah penggunaan otot, meningkatkan regenerasi
jaringan ayau penyembuhan, dan keseimbangan elektrolit
|
1 Comments
terimakasih banyak udah share... :)
ReplyDeleteCatatan:
EmojiUntuk menyisipkan kode, gunakan tag <i rel="pre">KODE ANDA DI SINI...</i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan tag <i rel="image">URL GAMBAR ANDA DI SINI...</i>
Untuk menyisipkan judul, gunakan tag <b rel="h3">JUDUL ANDA DI SINI...</b>
Untuk menyisipkan catatan, gunakan tag <b rel="quote">CATATAN ANDA DI SINI...</b>
Untuk menciptakan efek tebal gunakan tag <b>TEKS ANDA DI SINI...</b>
Untuk menciptakan efek huruf miring gunakan tag <i>TEKS ANDA DI SINI...</i>
Mohon Berkomentarlan dengan baik sesuai dengan tema / isi posting di atas
Serta tidak mengandung PORNO,SARA,KATA2 KASAR DAN JOROK
Terima kasih atas perhatianya :)