HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASCA IMUNISASI POLIO PADA ANAK

Oleh : Ani Mashunatul Mahmudah dan Ai Susilowati1
ABSTRACT
Background: The purpose of the immunizing is degrading the painfulness number, death,
and handicap by giving to immunize complete to baby before 1 year old. Data indicate that in
Indonesia degradation of disease amount which can be prevented immunized is down. This
efficacy is obtained from governmental hard work and participate the society. A lot of reason
causing the happening of dread to mother in polio immunizes pasca to their children; one of
them is mother’s knowledge about immunizing polio. This research aim to know whether there
is relation between mother’s knowledge about polio immunization by dreading of mother in
immunizing polio pasca to their children in Margasari clinic Tasikmalaya in 2007.
Methods: the method is using cross sectional. Subject of the research consists of 37
responder, result of research show the existence of the relation between mother’s knowledge
about polio immunization by dreading of mother in immunizing polio pasca to their children,
data analysis uses Spearman Rho technique, the result is - 0,658 by significant 0, 01 while
examination result got = 0,000 that matter means there is relation meaning between them.
Result: There is positive relation between knowledge levels about polio immunizing with
dread of mother re-polio immunizing pasca to child in Margasari clinic Tasikmalaya in 2007.
Keywords: knowledge, immunization, polio, dread.
1 Staf pengajar STIKES Surya Global Yogyakarta
Alumnus Ilmu Keperawatan STIKES Surya Global Yogyakarta


PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Imunisasi sebagai usaha pencegahan berbagai jenis penyakit, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya. Hal ini berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia pada masa yang akan datang. Tugas utama kita sebagai tenaga kesehatan adalah memberikan pengetahuan terhadap orang tua tentang imunisasi dan meninjau status imunisasi setiap anak. Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan penyakit tertentu pada anak tersebut, tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas karena dapat mencegah penularan penyakit untuk anak lain. Oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua terutama ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak Indonesia (Ranuh, 2005). Ketidakpatuhan pemberian imunisasi untuk pemberian vaksin yang diberikan hanya satu kali saja atau vaksin yang daya perlindungannya panjang seperti vaksin BCG, maka keterlambatan dari jadwal imunisasi yang telah disepakati akan mengakibatkan meningkatnya resiko tertular oleh
penyakit yang ingin dihindari. Anak sakit atau penyakit pada anak hendaknya dipertimbangkan sebagai suatu kontraindikasi untuk pemberian imunisasi yang layak, terkecuali dalam keadaan tertentu. Anak yang belum mendapatkan imunisasi yang sesuai dengan dosis yang disarankan tetap menjadi masalah besar dan hendaknya dilakukan upaya tertentu untuk melengkapi tiap seri imunisasi dan kurun usia yang disarankan (BKKBN, Cit Abhidya, 2005).
Pemberian imunisasi sebelum waktunya tidak dibenarkan karena bayi masih mendapat kekebalan dari ibunya. Apabila pemberian imunisasi berikutnya kurang dari jarak yang ditentukan akan menyebabkan reaksi vaksin kurang maksimal karena konsentrasi vaksin dalam tubuh masih tinggi, demikian juga bila pemberian imunisasi berikutnya mundur konsentrasi vaksin masih di bawah ambang batas bahkan memungkinkan kuman sudah masuk, sehingga pada saat diberikan imunisasi berikutnya reaksinya tidak maksimal.
Imunisasi pertama kali ditemukan untuk penyakit cacar. Penyakit ini telah membunuh jutaan orang di Eropa dan seluruh dunia, sedangkan di Amerika Serikat seratus tahun yang lalu masih tercatat 48.000 kasur cacar pertahunnya (Judarwanto, 2004). Virus polio pertama kali ditemukan oleh Landsteiner dan Popper pada tahun 1909. Imunisasi merupakan salah satu cara mengatasi virus polio liar (Utama, 2005). Polio adalah penyakit yang sejak tahun 1995 telah punah dari bumi Indonesia, namun sekarang muncul kembali. Hasil analisis genetika menunjukkan bahwa virus polio yang di Sukabumi mirip dengan virus polio yang diisolasi di Sudan. Pada hasil analisis tersebut terdapat dua  kemungkinan yaitu: virus yang menyerang anak–anak di Sukabumi merupakan virus polio impor yang tadinya tidak pernah ada di Indonesia atau virus tersebut merupakan virus asli Indonesia yang kebetulan sama dengan virus di Sudan (Utama, 2005).
Penyakit polio bisa dicegah melalui imunisasi dengan memberikan vaksin polio kepada anak-anak (Utama, 2005). Vaksin polio bermanfaat untuk mencegah penyakit polio (kelumpuhan) yang disebabkan oleh virus polio. Virus ini akan merusak bagian anterior susunan syaraf pusat tulang belakang. Gejalanya ialah menjadi lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah ia menderita demam selama 2-5 hari. Bila kelumpuhan terjadi pada otot pernafasan, anak akan meninggal karena sukar bernafas (Utama,Andi, 2005).
Pemberian imunisasi polio dilakukan rutin oleh beberapa Negara seperti Afganistan yang memberikan Oral Polio Vaksin sebanyak 25-30 dosis sedangkan di India 10-12 dosis Oral Polio Vaksin/tahun (Arab, 2006). Imunisasi polio di Indonesia diberikan melalui mulut. Imunisasi tersebut diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya setiap 4–6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin Hepatitis B dan DPT. Reaksi imunitas biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan berak–berak ringan. Imunisasi polio tidak ada efek samping, bila ada mungkin berupa kelumpuhan anggota gerak seperti pada penyakit polio yang sebenarnya (Ranuh, 2005). Pemberian vaksin polio di Indonesia dilakukan rutin dan serentak pada saat PIN (Pekan Imunisasi Nasional) (Utama, 2005).
PIN adalah pekan pada saat setiap anak balita umur 0-59 bulan yang tinggal di Indonesia yaitu mendapatkan dua tetes vaksin polio oral tanpa melihat status imunisasi dan kewarganegaraannya. Vaksin polio diberikan 2 kali dengan waktu selang sekitar 4 minggu telah dilakukan berturut-turut pada tahun 1995, 1996 dan, 1997 dengan harapan pada tahun 2003 Indonesia bebas dari penyakit polio (Ranuh, 2005). Berdasarkan survey pendahuluan pada bulan Agustus 2007 di Posyandu Margasari Tasikmalaya vaksin polio telah diberikan kepada 103 balita dengan jumlah vaksin 10 ml dosis OPV. Berdasarkan keterangan dari  kader kesehatan di posyandu tersebut mengatakan bahwa hasil dari
pemberian vaksin polio di Posyandu Margasari pada PIN yang dilaksanakan  pada tanggal 13 September 2006 sebanyak 90%, sedangkan di Posyandu Ciawi sebanyak 100%. Hal ini tidak sesuai dengan target yang diinginkan. Penyuluhan tentang imunisasi polio di Posyandu Margasari Tasikmalaya telah dilakukan kepada ibu yang memiliki balita. Mereka
mendapatkan pengetahuan tentang imunisasi polio dari informasi atau  penyuluhan yang diberikan oleh bidan (petugas kesehatan) dan didukung dengan media yang ada, antara lain poster tentang imunisasi polio. Secara spesifik bidan (petugas kesehatan) belum memberikan perhatian khusus kepada ibu tentang pengaruh informasi atau penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan ibu, sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi polio pada anaknya. Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 24 Agustus 2007 di  Posyandu Margasari Tasikmalaya dengan wawancara terhadap 10
responden mengatakan tidak mengetahui dengan jelas tentang imunisasi  polio seperti cara pemberian, tujuan dan efek samping imunisasi polio. Selain itu dari 10 responden tersebut juga mengatakan tidak melakukan imunisasi polio ulang karena cemas dan takut anaknya menjadi demam dan lumpuh  setelah melakukan imunisasi polio. Menurut Judarwanto (2004) kecemasan ibu untuk tidak mengimunisasi bayinya dikarenakan adanya pemberitaan
miring tentang efek imunisasi. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah ada Hubungan antara
Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio dengan Tingkat Kecemasan Ibu Pasca Imunisasi Polio Ulang pada Balita di Posyandu Margasari Tasikmalaya?”.

Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah : diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio terhadap tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi polio ulang di Posyandu Margasari Tasikmalaya. Sedangkan tujuan khususnya adalah : Pertama, diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio di Posyandu Margasari Tasikmalaya. Kedua, diketahuinya tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi polio ulang pada balita di Posyandu Margasari Tasikmalaya.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik, karena peneliti ingin mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi polio pada anaknya. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini akan dibuat analisis secara kuantitatif yaitu data yang dibuat berupa angka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas dan
terikat akan dikumpulkan dalam waku yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005)

Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita yang berada di Posyandu Margasari Tasikmalaya sebanyak 130 responden. Sampel adalah sebagian atau populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2006). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2002). Adapun kriteria inklusi subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Pertama, ibu yang mempunyai balita. Kedua, bayi yang mempunyai KMS (Kartu Menuju Sehat). Ketiga, pendidikan ibu minimal SD. Kriteria eksklusi subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Pertama, ibu yang tidak bersedia menjadi responden. Kedua, bayi yang tidak
mempunyai KMS.

Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di Posyandu Margasari Tasikmalaya yang  berada di Jalan Margasari Ciawi Tasikmalaya. Pelaksanaan penelitian pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2007.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua data yaitu : Pertama, data primer. Data diperoleh langsung dari ibu dengan mengisi kuisioner tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi polio pada anaknya. Kedua, Data sekunder. Data yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi yang didapat dari catatan posyandu.

Instrumen Penelitian
Teknik dan alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah : Pertama, kuesioner tingkat pengetahuan ibu tentang
imunisasi polio yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori imunisasi
polio. Kedua, kuesioner tingkat kecemasan ibu paca imunisasi polio
berdasarkan teori kecemasan.

Teknik Analisis Data
Proses pengolahan data yang dilakukan adalah : editing, coding,
transfering, dan tabulating. Uji statistik yang dipergunakan adalah corelation
product moment menurut Spearman Rho untuk menganalisis dua variabel
dengan skala ordinal (Riwidikdo, 2006).
Data yang diperoleh dari kuesioner diolah secara manual kemudian
ditabulasi dan dilakukan perhitungan persentase. Untuk mengetahui
gambaran tingkat pengetahuan tentang imunisasi polio dengan tingkat
kecemasan ibu pasca imunisasi polio dilakukan penilaian hasil dengan
rentang nilai (Arikunto, 2006) :
76%- 100% : kategori tinggi
56%- 75% : kategori sedang
< 56% : kategori rendah
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan analisis untuk
mendapatkan hubungan pengetahuan tentang imunisasi polio dengan tingkat
kecemasan ibu pasca imunisasi polio menggunakan pengujian statistik
Spearman Rho dengan keputusan pengujian hipotesis penelitian didasarkan
pada taraf signifikan 0,05. Pengujian dibantu dengan komputer paket statistik
SPSS (Statistical Program for Social Science)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Karakteristik responden menurut usia ibu menunjukkan bahwa kebanyakan usia ibu adalah 21-25 tahun sebanyak 17 orang (45,9 %), sedangkan menurut jumlah anak sebagian besar ibu mempunyai seorang anak sebanyak 14 orang (37,8%), Karakteristik responden menurut
pendidikan ibu menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pendidikan
SD sebanyak 21 orang (56,8%) (tabel 1). Jumlah ibu yang mempunyai pengetahuan rendah sebanyak 8 orang dari 37 (21,6%) yang berpengetahuan sedang sebanyak 12 orang dari 37
(32,4%) dan yang mempunyai pengetahuan tinggi sebanyak 17 orang dari 37 (45,9%). Berdasarkan data tersebut sebagian besar responden mempunyai pengetahuan tinggi tentang imunisasi polio (tabel 2). Jumlah ibu yang mempunyai kecemasan rendah pasca imunisasi polio sebanyak 21 orang dari 37 (56,8%), yang mempunyai kecemasan sedang
pasca imunisasi polio sebanyak 15 orang dari 37 (40,5%) dan yang mempunyai kecemasan tinggi sebanyak 1 orang dari 37 (2,7%). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa sebagian besar ibu mempunyai tingkat kecemasan yang rendah pasca imunisasi polio pada anaknya (tabel 3). Delapan ibu yang berpengetahuan rendah, sebanyak dua orang ibu
(5,4%) memiliki tingkat kecemasan rendah, lima orang ibu (5,4%) memiliki kecemasan sedang dan seorang ibu (2,7%) memiliki tingkat kecemasan tinggi pasca imunisasi polio pada anaknya. Duabelas ibu yang berpengetahuan sedang, tiga orang ibu (8,1%) memiliki tingkat pengetahuan endah dan 9 orang ibu (24,3%) memiliki tingkat kecemasan sedang pasca imunisasi polio dan dari 17 ibu yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 16 ibu (43,2%) memiliki tingkat kecemasan rendah dan seorang ibu (2,7%) memiliki tingkat kecemasan sedang pasca imunisasi polio pada anaknya (tabel 4). Berikut ini adalah tabulasi 1 sampai dengan 4 yang disajikan secara berurutan : Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di Posyandu Margasari Tasikmalaya Bulan Desember 2007
No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia Ibu :
a. < 20 tahun
b. 21 – 25 tahun
c. 26 – 30 tahun
d. > 31 tahun
4
17
97
10,8
45,9
24,3
18,9
Jumlah 37 100 %
2 Jumlah anak:
1 - 2
3 - 4
≥ 5
27
91
73,0
24,3
2,7
Jumlah 37 100
3 Tingkat pendidikan:
SD
SMP
SMA
PT
21
943
56,8
24,3
10,8
8,1
Jumlah 37 100
Sumber: data primer tahun 2007
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Imunisasi Polio
di Posyandu Margasari Tasikmalaya
No Kategori Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 8 21,6
2 Sedang 12 32,4
3 Tinggi 17 45,9
Jumlah 37 100
Sumber: data primer tahun 2007
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kecemasan Ibu Pasca Imunisasi Polio Ulang
di Posyandu Margasari Tasikmalaya
No Kategori Kecemasan Frekuensi Presentasi
1 Rendah 21 56,8
2 Sedang 15 40,5
3 Tinggi 1 2,7
Jumlah 37 100
Sumber: data primer tahun 2007
Tabel 4. Tabulasi Silang Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan
Tingkat Kecemasan Ibu Pasca Imunisasi Polio Ulang Pada Balita
di Posyandu Margasari Tasikmalaya
Tingkat Kecemasan
Rendah Sedang Tinggi
Tingkat Total
Pengetahuan
F % F % F % F %
Rendah 2 5,4 5 9,4 1 2,7 8 21,6
Sedang 3 8,1 9 24,3 0 0 12 32,4
Tinggi 16 43,2 1 2,7 0 0 17 45,9
Jumlah 21 56,8 15 40,5 1 2,7 37 100
Sumber : data primer tahun 2007

Pembahasan
Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio di Posyandu Margasari
Tasikmalaya :
Sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi tentang imunisasi polio yaitu sebanyak 17 orang (45,9 %), yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang sebanyak 12 orang (32,4 %) ,dan yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah sebanyak 8 orang (21,6%) dari 37 responden. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu pendidikan, informasi dan pengalaman (tabel 2 ). Pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio. Sebagai contoh ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan SLTP maka tingkat pengetahuannya akan lebih baik daripada ibu yang memiliki tingkat pendidikan SD. Posyandu Margasari sebagian besar
responden memiliki tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 21 orang (56,8%) dari 37 responden (tabel 1). Pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu karena semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin banyak pula informasi yang diperoleh. Pengetahuan ibu tentang imunisasi tersebut bisa diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Sebagai contoh pendidikan formal yaitu dengan mengikuti pendidikan di sekolah kesehatan dan pendidikan non formal yaitu melalui informasi yang
diperoleh ibu baik secara langsung maupun tidak lansung seperti iklan dan
penyuluhan. Informasi juga mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisai polio. Informasi ini dapat diperoleh baik melalui media cetak maupun melalui media elektronik serta informasi dari orang lain maupun kader kesehatan. Sebagai contoh informasi yang diperoleh melalui media cetak maupun media elektronik yaitu dengan adanya iklan PIN (Pekan Imunisasi Nasional) yang mengingatkan tentang pentingnya imunisasi polio. Informasi dari orang lain dan kader kesehatan yang ada di Posyandu melalui penyuluhan juga sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi poio. Hal ini akan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio karena semakin banyak informasi yang diperoleh maka semakin banyak pula tingkat pengetahuan ibu tentang imunsiasi polio. Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio juga dipengaruhi oleh pengalaman ibu mengimunisasi polio anaknya selain faktor pendidikan dan informasi. Sebagai contoh ibu yang mempunyai jumlah anak lebih dari satu dan selalu melakukan imunisasi polio tanpa mendapatkan efek samping yang berarti pasca imunisasi polio, maka hal tersebut akan dilakukan kembali pada anak berikutnya. Sebaliknya, ibu yang mempunyai seorang anak pengalaman mengimunsasi polio anaknya masih sangat kurang karena baru  didapatkan pada anak pertama. Sebagian besar responden di Posyandu
Margasari memiliki seorang anak sebanyak 14 orang (37,3%) (tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman ibu dapat digunakan sebagi upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya pada massa lalu. Menurut Notoatmodjo (2003) pengalaman adalah guru yang baik yang merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Kecemasan ibu pasca imunisasi polio di Posyandu Margasari
Tasikmalaya
Ibu yang mempunyai kecemasan rendah pasca imunisasi polio
sebanyak 21 orang dari 37 (56,8%), yang mempunyai kecemasan sedang
pasca imunisasi polio sebanyak 15 orang dari 37 (40,5%) dan yang
mempunyai kecemasan tinggi sebanyak 1 orang dari 37 (2,7%) (tabel 3).
Data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu mempunyai tingkat
kecemasan yang rendah pasca imunisasi polio pada anaknya. Rendahnya
tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi polio ulang di Posyandu Margasari
karena keaktifan responden dalan mengikuti penyuluhan tentang imunisasi
polio yang dilakukan oleh kader posyandu tersebut. Selain aktif mengikuti
kegiatan penyuluhan kesehatan, tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi polio
ulang di Posyandu Margasari rendah juga dikarenakan adanya sweeping
yang dilakukan oleh kader kesehatan dalam memberikan imunisasi polio
kepada ibu yang mempunyai balita sehingga dengan adanya sweeping serta
penjelasan dari kader posyandu tentang pentingnya imunisasi polio maka ibu
mau mengimunisasi polio anaknya kemudian setelah ibu memberi imunisasi
polio anaknya dan tidak mendapatkan efek samping yang berarti pasca
imunisasi polio maka ibu tersebut mau melakukan imunisasi polio ulang
berikutnya sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Menurut Judarwanto (2004) kecemasan ibu untuk tidak melakukan
imunisasi karena adanya pemberitaan miring tentang efek imunisasi. Peran
petugas kesehatan sangat diperlukan dalam memberikan informasi tentang
imunisasi polio kepada ibu karena informasi ini akan membentuk
kepercayaan ibu yang akan mempengaruhi tingkat kecemasan ibu pasca
imunisasi polio. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmat (1998) yang
mengemukakan bahwa pengatahuan akan membentuk kepercayaan yang
selanjutnya akan memberiak perspektif pada manusia dalam mempersepsi
kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan
sikap terhadap objek tertentu.


Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio
dengan tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi
Hasil statistik Spearman Rho (ρ) menunjukkan bahwa korelasi antara
tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polo dengan tingkat kecemasan
ibu pasca imunisasi polio ulang pada balita adalah -0,658 dengan taraf
signifikan = 0,01 sedangkan hasil pengujian didapatkan p value= 0,000. Hasil
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hitung lebih besar dari t tabel,
artinya ada hubungan yang positif antara tingkat pengetahuan ibu tentang
imunisasi polio dengan tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi polio ulang
pada balita di Posyandu Margasari Tasikmalaya.
Dari 8 ibu yang berpengetahuan rendah sebanyak dua ibu (5,4%)
memiliki tingkat kecemasan rendah, 5 ibu (5,4%) memiliki kecemasan sedang
dan seorang ibu (2,7%) memiliki tingkat kecemasan tinggi pasca imunisasi
polio pda anaknya. Dari 12 ibu yang berpengetahuan sedang, tiga ibu (8,1%)
memiliki tingkat pengetahuan rendah dan sembilan ibu (24,3%) memiliki
tingkat kecemasan sedang pasca imunisasi polio dan dari 17 ibu yang
memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 16 ibu (43,2%) memiliki tingkat
kecemasan rendah dan seorang ibu (2,7%) memiliki tingkat kecemasan
sedang pasca imunisasi polio pada balita (tabel 4). Dari tabel tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang
imunisasi polio maka semakin rendah tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi
polo. Hal ini dipengaruhi oleh pendidikan serta jumlah informasi yang dimilki
seseorang, semakin banyak informasi yang dimiliki maka semakin tinggi pula
tingkat pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003)
yang menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
penting untuk terbentuknya tindakan seeorang. Dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahan akan
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Dalam hal
ini pengalaman ibu yang telah memiliki anak sebelumnya merupakan sumber
pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pegatahuan
tentang imunisasi polio dengan cara mengingat atau mengulang kembali
pengalaman yang diperolehnya.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Pertama,
pengetahuan ibu tentang imunisasi polio sebagian besar berkategori tinggi.
Kedua, kecemasan ibu pasca imunisasi polio sebagian besar berkategori
rendah. Ketiga, ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
imunisasi polio dengan tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi polio ulang
pada balita di Posyandu Margasari Taskmalaya pada bulan Desember 2007.
Dalam hubungan tersebut kecemasan ibu pasca imunisasi polio ulang
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio.

DAFTAR PUSTAKA
Abdhidya, (2005), Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi
Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi
Usia 0-11 bulan di RB Sehat Karanganyar Surakarta, Karya Tulis
Ilmiah, tidak diterbitkan, Yogyakarta, STIKES Aisyiyah
Abdoerrachman. M.H, (1991), Ilmu Kesehatan Anak 1, Jakarta, EGC
Arab. A, (2006), Pemberian Vaksin Polio, www.pikiran rakyat.com
Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta,
Rineka Cipta
Gustiana, (2002), Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Manfaat Imunisasi
pada Bayi di Puskesmas Gedong Tengen Yogyakarta, Skripsi, tidak
diterbitkan, Yogyakarta, UGM
Hardjito, K., 2001, Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Perawat Tentang
Tahap Pendidikan Profesi dengan Tingkat Kecemasan dalam
Melaksanakan TahapProfesi, Karya tulis ilmiah tidak diterbitkan,
UGM, Yogyakarta.
Judarwanto. W, (2004), Memberantas Polio Tidak Hanya Tugas Depkes,
www.sinarharapan.co.id
Kamidah, (2003), Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Imunisasi dengan
Prilaku Ibu Terhadap Imunisasi Bayi di Puskesmas Gondokusuman II
Yogyakarta, Skripsi, tidak diterbitkan, Yogyakarta, UGM, Yogyakarta.
Lubis. E, (2000), Evaluasi Pengetahuan Ibu Mengenai Vaksinasi Polio Pasca
PIN di Kecamatan Ngeplak Yogyakarta, Karya Tulis Ilmiah, tidak
diterbitkan, Yogyakarta, UGM
Mulyo, T. (2006), Demografi dan Kependudukan, diktat, Yogyakarta, STIKES
Surya Global
Nelson, (2000), Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, Jakarta, EGC
Notoatmodjo. S, (2003), Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta,
Jakarta
Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC
Nursalam, (2003), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Edisi I, Jakarta, Salemba Medika
Oswari, E, (2004), Perawatan Ibu Hamil dan Bayi, Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan
Rahmat, J., 1998, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Ranuh, dkk, (2004), Pedoman Imunisasi di Indonesia, Edisi II, Jakarta
Riwidikdo. H, (2006), Statistik Kesehatan, Yogyakarta, Mitra Cendekia Press
Santrianawati, (2002), Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Prilaku
Terhadap Imunisasi Bayi di Puskesmas Tegalrejo, Yogyakarta,
Skripsi, tidak diterbitkan, Yogyakarta, UGM
Sarwono, S, (2004), Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep Beserta
Aplikasinya, FKM UI, Gama University Press
Stuart, G. dan Sundeen, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi tiga,
EGC, Jakarta.
Sugiyono, (2006), Statistika Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta
Sugiyono, (2002), Statistika Untuk Penelitian, Cetakan IV, Bandung, Alfabeta
Sumantri. S, (2001), PIN Polio dan Kesadaran Masyarakat, www.suarakaryaonline.
com
Sumaryani, Sri, (2000), Perbedaan Pengetahuan dan Sikap yang
Mempengaruhi Prilaku Ibu-ibu Untuk Kelengkapan Imunisasi Anaknya
di Puskesmas Pleret, Yogyakarta, Skripsi, tidak diterbitkan,
Yogyakarta, UGM
Supari. F, (2003), Rencana Pemberian Imunisasi Polio, www.depkes.go.id
Suriviana, (2005), Waspadai Polio, www. Info ibu.com
Utama, Andi, (2005), Eradikasi Polio, Mungkinkah ? , www. Republika.co.id
Wijaya. I, (2005), Tips Kesehatan Bayi, Jakarta, EGC

Post a Comment

0 Comments