ASKEP ATREASI ANI
- Definisi
Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani
yaitu “a” yang berarti tidak ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi.
Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan normal.
Atresia ani adalah malformasi congenital
dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar (Walley,1996). Ada juga yang
menyebutkan bahwa atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik
pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi,2001). Sumber
lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjadi gangguan
pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.
Jadi menurut kesimpulan penulis, atresia ani
adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk
mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat
kehamilan.
Walaupun kelainan lubang anus akan mudah
terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada
pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.
- Etiologi
Etiologi secara pasti atresia ani belum
diketahui, namun ada sumber mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh
gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik.
Pada kelainan bawaananus umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter, dan otot
dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin
tidak memadai. Menurut peneletian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen
autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua yang mempunyai
gen carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada
anaknya saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom genetic, kelainan
kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk menderita atresia
ani. Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka
menjadi rectum dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan
perkembangan septum urorektal yang memisahkannya.
Faktor
predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan
beberapa kelainan kongenital saat lahir seperti :
1.
Sindrom vactrel
(sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal, jantung, trachea,
esofahus, ginjal dan kelenjar limfe).
2.
Kelainan sistem
pencernaan.
3.
Kelainan sistem
pekemihan.
4.
Kelainan tulang belakang.
- Klasifikasi
Secara fungsional, pasien atresia ani dapat
dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
- Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis dicapai melalui saluran fistula eksterna.
Kelompok
ini terutma melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau
rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan
dilatasi, maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.
- Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalam keluar tinja.
Pada
kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi spontan
kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisa
diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :
1. Anomali rendah
Rectum
mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat sfingter
internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak
terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.
2. Anomali intermediet
Rectum
berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan sfingter
eksternal berada pada posisi yang normal.
3. Anomali tinggi
Ujung
rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini
biasanya berhungan dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) atau
rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum
lebih daai1 cm.
Sedangkan menurut klasifikasi Wingspread
(1984), atresia ani dibagi 2 golongan yang dikelompokkan menurut jenis kelamin.
Pada laki – laki golongan I dibagi menjadi 4 kelainan yaitu kelainan fistel
urin, atresia rectum, perineum datar dan fistel tidak ada. Jika ada fistel
urin, tampak mekonium keluar dari orifisium eksternum uretra, mungkin terdapat
fistel ke uretra maupun ke vesika urinaria. Cara praktis menentukan letak
fistel adalah dengan memasang kateter urin. Bila kateter terpasang dan urin
jernih, berarti fistel terletak uretra karena fistel tertutup kateter. Bila
dengan kateter urin mengandung mekonuim maka fistel ke vesikaurinaria. Bila
evakuasi feses tidak lancar, penderita memerlukan kolostomi segera. Pada
atresia rectum tindakannya sama pada perempuan ; harus dibuat kolostomi. Jika
fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram, maka perlu segera
dilakukan kolostomi.
Sedangkan pada perempuan golongan I dibagi
menjadi 5 kelainan yaitu kelainan kloaka, fistel vagina, fistel
rektovestibular, atresia rectum dan fistel tidak ada. Pada fistel vagina,
mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi feces menjadi tidak lancar
sehingga sebaiknya dilakukan kolostomi. Pada fistel vestibulum, muara fistel
terdapat divulva. Umumnya evakuasi feses lancar selama penderita hanya minum
susu. Evakuasi mulai etrhambat saat penderita mulai makan makanan padat.
Kolostomi dapat direncanakan bila penderita dalam keadaan optimal. Bila
terdapat kloaka maka tidak ada pemisahan antara traktus urinarius, traktus
genetalis dan jalan cerna. Evakuasi feses umumnya tidak sempurna sehingga perlu
cepat dilakukan kolostomi.Pada atresia rectum, anus tampak normal tetapi pada
pemerikasaan colok dubur, jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak ada
evakuasi mekonium sehingga perlu segera dilakukan kolostomi. Bila tidak ada
fistel, dibuat invertogram. Jika udara > 1 cm dari kulit perlu segera
dilakukan kolostomi.
Golongan II pada laki – laki dibagi 4 kelainan
yaitu kelainan fistel perineum, membran anal, stenosis anus, fistel tidak ada.
Fistel perineum sama dengan pada wanita ; lubangnya terdapat anterior dari
letak anus normal. Pada membran anal biasanya tampak bayangan mekonium di bawah
selaput. Bila evakuasi feses tidak ada sebaiknya dilakukan terapi definit
secepat mungkin. Pada stenosis anus, sama dengan perempuan, tindakan definitive
harus dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara <>
Sedangkan
golongan II pada perempuan dibagi 3 kelainan yaitu kelainan fistel perineum,
stenosis anus dan fistel tidak ada. Lubang fistel perineum biasanya terdapat
diantara vulva dan tempat letak anus normal, tetapi tanda timah anus yang buntu
menimbulkan obstipasi. Pada stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang
seharusnya, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses tidal lancar sehingga biasanya
harus segera dilakukan terapi definitive. Bila tidak ada fistel dan pada
invertogram udara <>
- Patofisiologi
Anus dan rectum berkembang dari embrionik
bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang
merupakan bakal genitoury dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena
adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada
kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 mingggu
dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam
agenesis sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan
usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak dapat dikeluarkan sehungga
intestinal mengalami obstrksi.
- Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia
ani adalah kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau
stenosis kanal rectal, adanya membran anal dan fistula eksternal pada perineum
(Suriadi,2001). Gejala lain yang nampak diketahui adalah jika bayi tidak dapat
buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan intestinal, pembesaran
abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan terlihat menonjol (Adele,1996)
Bayi muntah – muntah pada usia 24 – 48 jam
setelah lahir juga merupakan salah satu manifestasi klinis atresia ani. Cairan
muntahan akan dapat berwarna hijau karena cairan empedu atau juga berwarna
hitam kehijauan karena cairan mekonium.
7.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
2. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
obstruksi intestinal.
3. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan
untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak
pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
4. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan
untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system pencernaan dan
mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
d. CT Scan
Digunakan
untuk menentukan lesi.
e. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan
ureter.
f. Pemeriksaan fisik rectum
Kepatenan
rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.
g. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga
bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan
traktus urinarius.
- Penatalaksaan
1. Penatalaksanaan Medis
1. Malformasi anorektal dieksplorasi melalui
tindakan bedah yang disebut diseksi posterosagital atau plastik anorektal
posterosagital.
2. Colostomi sementara
2. Penatalaksanaan Keperawatan
2.1 Pengkajian
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti
untuk mengetahui masalah pasien dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal
dari proses keperawatan. Dan keberhasilan proses keperawatan tergantung dari
pengkajian. Konsep teori yang difunakan penulis adalah model konseptual
keperawatan dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11
konsep yang meliputi :
- Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan
Mengkaji
kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.
- Pola nutrisi – Metabolik
Anoreksia,
penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia ani post
kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan munta
dampak dari anestesi.
- Pola Eliminasi
Dengan
pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh
dibersihkan dari bahan - bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan.
Oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga
pasien akan mengalami kesulitan dalam defekasi (Whaley & Wong,1996).
- Pola Aktivitas dan Latihan
Pola
latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.
- Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan
tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu dan
ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
- Pola Tidur dan Istirahat
Pada
pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka
inisisi.
- Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan
konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort. Terjadi
perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi
(Doenges,1993).
- Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan
untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit. Perubahan pola
biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran (Doenges,1993).
- Pola Reproduktif dan Sexual
Pola
ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi (Doenges,1993).
- Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya
faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah (Doenges,1993).
- Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk
menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan
konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan
motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah
(Mediana,1998).
2. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada
pasien atresia ani adalah anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang
tampak ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh
jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24
jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (Whaley & Wong,1996).
2. Diagnosa Keperawatan
Data yang diperoleh perlu dianalisa terlebih
dahulu sebelum mengemukkan diagnosa keperawatan, sehingga dapat diperoleh
diagnosa keperawatan yang spesifik. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada pasien atresia ani yaitu:
a. Inkontinen bowel (tidak efektif fungsi
eksretorik berhubungan dengan tidak lengkapnya pembentukan anus (Suriadi,2001).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia (Doenges,1993).
c. Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan kolostomi (Doenges,1993).
d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
pembedahan (Doenges,1993).
- Kecemasan keluarga berhungan dengan prosedur pembedahan dan kondisi bayi (Suriadi,2001).
- Gangguan citra diri berhubungan dengan adanya kolostomi (Doenges,1993).
- Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan (Doenges,1993).
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan penumpuksan secket berlebih (Doenges,1993).
- Kurangnya pengetahuan keluarga berhungan dengan kebutuhan perawatan di rumah (Whaley & Wong,1996).
2. Intervensi Keperawatan
Fokus intervensi keperawatan pada atresia ani
adalah sebagai berikut :
1.
Inkontinen
bowel (tidak efektif fungsi eksretorik) berhubungan dengan tidak lengkapnya
pembentukan anus (Suriadi,2001).
Tujuan
yang diharapkan yaitu terjadi peningkatan fungsi usus, dengan kriteria hasil :
pasien akan menunjukkan konsistensi tinja lembek, terbentuknya tinja,tidak ada
nyeri saat defekasi, tidak terjadi perdarahan.
Intervensi
:
1. Dilatasikan anal sesuai program.
2. Pertahankan puasa dan berikan terapi hidrasi
IV sampai fungsi usus normal.
2.
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan kolostomi (Doenges,1996).
Tujuan
yang diharapkan adalah tidak terjadi gangguan integritas kulit, dengan kriteria
hasil : penyembuhan luka tepat waktu, tidak terjadi kerusakan di daerah sekitar
anoplasti.
Intervensi
:
- Kaji area stoma.
- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian lembut dan longgar pada area stoma.
- Sebelum terpasang colostomy bag ukur dulu sesuai dengan stoma.
- Yakinkan lubang bagian belakang kantong berperekat lebih besar sekitar 1/8 dari ukuran stoma.
- Selidiki apakah ada keluhan gatal sekitar stoma.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
pembedahan (Doenges,1993).
Tujuan
yang diharapkan adalah tidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil : tidak ada
tanda – tanda infeksi, TTV normal, lekosit normal.
Intervensi
:
- Pertahankan teknik septik dan aseptik secaa ketat pada prosedur medis atau perawatan.
- Amati lokasi invasif terhadap tanda-tanda infeksi.
- Pantau suhu tubuh, jumlah sel darah putih.
- Pantau dan batasi pengunjung , beri isolasi jika memungkinkan.
- Beri antibiotik sesuai advis dokter.
d. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan penumpukkan sekret berlebih (Doenges,1993).
Tujuan
yang diharapkan adalah mempertahakan efektif jalan nafas, mengeluarkan sekret
tanpa bantuan dengan kriteria hasil : bunyi nafas bersih, menunjukkan perilaku
perbaikan jalan nafas misalnya, batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi
:
1. Kaji fungsi pernafasan, contoh : bunyi nafas,
kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan otot tambahan.
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan dahak atau
batuk efektif, catat karakter, jumlah spuntum, adanya hemaptoe.
3. Berikan posisi semi fowler dan Bantu pasien
untuk batuk efektif dan latihan nafas dalam.
4. Bersihkan secret dari mulut dan trakea,
penghisapan sesuai keperluan.
5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
kecuali kontra indikasi.
6. Kolaborasi pemberian mukolitik dan
bronkodilator.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia (Doenges,1993).
Tujuan
yang diharapkan adalah kebutuhan nurtisi tubuh tercukupi, dengan kriteria hasil
: menunjukkan peningkatan BB, nilai laboratorium normal, bebas tanda mal
nutrisi.
Intervensi
:
- Pantau masukan/ pengeluaran makanan / cairan.
- Kaji kesukaan makanan anak.
- Beri makan sedikit tapi sering.
- Pantau berat badan secara periodik.
- Libatkan orang tua, misal membawa makanan dari rumah, membujuk anak untuk makan.
- Beri perawatan mulut sebelum makan.
- Berikan isirahat yang adekuat.
- Pemberian nutrisi secara parenteral, untuk mempertahankan kebutuhan kalori sesuai program diit.
6. Kecemasan keluarga berhungan dengan prosedur
pembedahan dan kondisi bayi.(Suriadi,2001;159)
Tujuan
yang diharapkan adalah memberi support emosional pada keluarga, dengan kriteria
hasil : keluarga akan mengekspresikan perasaan dan pemahaman terhadap kebutuhan
intervensi perawatan dan pengobatan.
Intervensi :
- Ajarkan untuk mengekspresikan perasaan.
- Berikan informasi tentang kondisi, pembedahan dan perawatan di rumah.
- Ajarkan keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan pasien.
- Berikan pujian pada keluarga saat memberikan perawatan pada pasien.
- Jelaskan kebutuhan terapi IV, NGT, pengukuran tanda – tanda vital dan pengkajian.
6. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
trauma saraf jaringan (Doenges,1996).
Tujuan
yang diharapkan adalah pasien akan melaporkan nyeri hilang atau terkontrol,
pasien akan tampak rileks, dengan kriteria hasil : ekspresi wajah pasien
relaks, TTV normal.
Intervensi :
- Tanyakan pada pasien tentang nyeri.
- Catat kemungkinan penyebab nyeri.
- Anjurkan pemakaian obat dengan benar untuk mengontrol nyeri.
- Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi.
6. Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan
dengan ketidakadekuatan masukan diit (Doenges,1993).
Tujuan
yang diharapkan adalah pola eliminasi sesuai kebutuhan, dengan kriteria hasil :
BAB 1x/hari, feses lunak, tidak ada rasa nyeri saat defekasi.
Intervensi
:
1. Auskultasi bising usus.
2. Observasi pola diit dan itake cairan
6. Gangguan citra diri berhubungan dengan adanya
kolostomi (Doenges,1996).
Tujuan
yang diharapkan adalah pasien mau menerima kondisi dirinya sekarang, dengan
kriteria hasil : pasien mentatakan menerima perubahan ke dalam konsep diri
tanpa harga diri rendah, menunjukkan penerimaan dengan merawat stoma tersebut,
menyatakan perasaannya tentang stoma.
Intervensi :
- Kaji persepsi pasien tentang stoma.
- Motivasi pasien untuk megungkapkan perasaannya.
- Kaji ulang tentang alasan pembedahan.
- Observasi perilaku pasien.
- Berikan kesempatan pada pasien untuk merawat stomanya.
- Hindari menyinggung perasaan pasien atau pertahankan hubungan positif.
6. Kurangnya pengetahuan keluarga berhungan
dengan kebutuhan perawatan di rumah (Walley & Wong,1996).
Tujuan
yang diharapkan adalah pasien dan keluarga memahami perawatan di rumah, dengan
kriteria hasil keluarga menunjukkan kemampuan untuk memberikan perawata untuk
bayi di rumah.
Intervensi :
- Ajarkan perawatan kolostomi dan partisipasi dalam perawatan sampai mereka dapat melakukan perawatan.
- Ajarkan untuk mengenal tanda – tanda dan gejala yang perlu dilaporkan perawat.
- Ajarkan bagaimana memberikan pengamanan pada bayi dan melakukan dilatasi pada anal secara tepat.
- Ajarkan cara perawatan luka yang tepat.
- Latih pasien untuk kebiasaan defekasi.
- Ajarkan pasien dan keluarga untuk memodifikasi diit (misalnya serat)
2.5 Implementasi Keperawatan
Seperti tahap lainnya dalam proses keperawatan
fase pelaksanaan terdiri dari : validasi rencana keperawatan, dokumentasi
rencana keperawatan dan melakukan tindakan keperawatan.
1. Validasi rencana keperawatan
Suatu
tindakan untuk memberikan kebenaran. Tujuan validasi data adalah menekan
serendah mungkin terjadinya kesalahpahaman, salah persepsi. Karena adanya
potensi manusia berbuat salah dalam proses penilaian.
2. Dokumentasi rencana keperawatan
Agar
rencana perawatan dapat berarti bagi semua pihak, maka harus mempunyai landasan
kuat, dan bermanfaat secara optimal. Perawat hendaknya mengadakan pertemuan
dengan tim kesehatan lain untuk membahas data, masalah, tujuan serta rencana
tindakan.
3. Tindakan keperawatan
Meskipun
perawat sudah mengembangkan suatu rencana keperawatan yang maksimal, kadang
timbul situasi yang bertentangan dengan tindakan yang direncanakan, maka
kemampuan perawat diuji untuk memodifikasi alat maupun situasi.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang terus
menerus dengan melibatkan klien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Dalam hal ini diperlukan pengetahuan keehatan dan strategi evaluasi. Tujuan
dari evaluasi adalah menilai apakah tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak.
0 Comments
Catatan:
EmojiUntuk menyisipkan kode, gunakan tag <i rel="pre">KODE ANDA DI SINI...</i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan tag <i rel="image">URL GAMBAR ANDA DI SINI...</i>
Untuk menyisipkan judul, gunakan tag <b rel="h3">JUDUL ANDA DI SINI...</b>
Untuk menyisipkan catatan, gunakan tag <b rel="quote">CATATAN ANDA DI SINI...</b>
Untuk menciptakan efek tebal gunakan tag <b>TEKS ANDA DI SINI...</b>
Untuk menciptakan efek huruf miring gunakan tag <i>TEKS ANDA DI SINI...</i>
Mohon Berkomentarlan dengan baik sesuai dengan tema / isi posting di atas
Serta tidak mengandung PORNO,SARA,KATA2 KASAR DAN JOROK
Terima kasih atas perhatianya :)