ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) HIFEMA

ASUHAN KEPERAWATAN HIFEMA,

A. Pengertian
Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma. (www.ilmukesehatan.com )
Hifema adalah adanya darah di dalam kamera anterior (Smeltzer,2001). Hifema atau adanya darah dalam bilik mata depan dapat terjadi karena trauma tumpul (Sidarta,1998). Bila pasien duduk, hifema akan terlihat mengumpul di bagian bawah bilik mata depan dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Darah dalam cairan aqueus humor dapat membentuk lapisan yang terlihat. Jenis trauma ini tidak perlu menyebabkan perforasi bola mata.

B. Anatomi dan Fisiologi Pada Mata
Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari :
1. Palpebra
Dari luar ke dalam terdiri dari : kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus, vasia dan konjungtiva. Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja sebagai jendela memberi jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi dan melicinkan permukaan bola mata.
2. Rongga mata
Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari rongga ini diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di dalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh darah
3. Bola mata
Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi:
v  Otot-otot penggerak bola mata
v  Dinding bola mata yang teriri dari : sklera dan kornea. Kornea kecuali sebagai dinding juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar.
v  Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya masing-masing
4. Sistem kelenjar bola mata
Terbagi menjadi dua bagian:
v  Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata
v  Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik konjungtiva ke dalam rongga hidung

C. Etiologi
Hifema biasanya disebabkan trauma pada mata, yang menimbulkan perdarahan atau perforasi (Douglas, 2002). Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker mungkin juga bisa menyebabkan perdarahan pada bilik depan mata. Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut kamar okuli anterior. Tetapi dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat bergerak dalam kamera anterior, mengotori permukaan dalam kornea.

D. Tanda dan Gejala
1. Pandangan mata kabur
2. Penglihatan sangat menurun
3. Kadang – kadang terlihat iridoplegia & iridodialisis
4. Pasien mengeluh sakit atau nyeri
5. Nyeri disertai dengan efipora & blefarospasme
6. Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra
7. Retina menjadi edema & terjadi perubahan pigmen
8. Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan
9. Pupil tetap dilatasi (midriasis)
10. Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu setelah trauma.
11. Pewarnaan darah (blood staining) pada kornea
12. Kenaikan TIO (glukoma sekunder )
13. Sukar melihat dekat
14. Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil
15. Anisokor pupil
16. Penglihatan ganda (iridodialisis)

E. Patofisiologi
Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluh darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata depan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatu trauma yang mengenai mata akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang dapat menyebabkan hifema dan iridodialisis, serta merobek lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan non reaktif. Tenaga yang timbul dari suatu trauma diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbu anterior posterior sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata ke lateral sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akan berhenti, oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap sehingga akan menjadi jernih kembali.

F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada kasus hifema adalah :
1. Imbibisi kornea Darah yang terdapat pada hifema dikeluarkan dari bilik mata depan dalam bentuk sel darah merah melalui bilik mata (kanal schlem) dan permukaan depan iris. Penyerapan melalui permukaan depan iris ini dipercepat dengan adanya kegiatan enzim fibrinolitik yang berlebihan didaerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat hemosiderin yang berlebihan dalam bilik mata depan maka dapat terjadi penimbunan pigmen ini didalam lapisan-lapisan kornea yang berwarna kecoklat-coklatan yang disebut imbibisi kornea. Jika sudah terjadi seperti ini hanya dapat diperbaiki dengan keratoplasty.
2. Glaukoma
Glaukoma akut terjadi apabila jaringan trabekular tersumbat oleh fibrin dan sel atau apabila pembentukan bekuan darah menyebabkan penyumbatan pupil. Hal ini terjadi akibat darah dalam bilik mata, karena unsur-unsur darah menutupi sudut bilik mata trabekula, sehingga hal ini akan menyebabkan tekanan intraocular.
3. Kebutaan
Zat besi didalam mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan dapat menimbulkan fitsis bulbi dan kebutaan.

G. Pengobatan Hifema.
Pengobatan hifema dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 45 derajat pada kepala dan mata ditutup. Pada anak yang gelisah dapat diberikan obat penenang. Biasanya hifema akan diserap kembali dan hilang sempurna dalam beberapa hari tergantung dari banyaknya darah. Pada saat ini, dokter akan memonitor tekanan intra okuler untuk mencegah terjadinya glaucoma. Untuk mengurangi nyeri, dapat diberikan paracetamol. Tidak disarankan pemberian pereda nyeri jenis aspirin, karena salah satu efek aspirin akan menyebabkan perdarahan kembali pada hifema yang disebabkan trauma. Obat-obatan untuk mengurangi tekanan intra okuler dan kortikosteroid dapat diberikan. Pada beberapa kasus, prosedur pembedahan parasentesis (mengeluarkan darah dari bilik mata depan) dilakukan bila terdapat glaucoma akibat hifema, hifema yang penuh dan berwarna hitam, atau bila setelah 5 hari tidak ada tanda-tanda hifema akan berkurang.

H. Penatalaksanaan Medis
1. Pasien tetap istirahat ditempat tidur (4-7 hari) sampai hifema diserap.
2. Diberi tetes mata antibiotika pada mata yang sakit dan diberi bebat tekan.
3. Pasien tidur dengan posisi kepala miring 60º diberi koagulasi.
4. Kenaikan TIO diobati dengan penghambat anhidrase karbonat. (asetasolamida).
5. Di beri tetes mata steroid dan siklopegik selama 5 hari.
6. Pada anak-anak yang gelisah diberi obat penenang
7. Parasentesis tindakan atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan bila ada tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang.
8. Asam aminokaproat oral untuk bekuan darah.
9. Evakuasi bedah jika TIO lebih 35 mmHg selama 7 hari atau lebih 50 mmH selama 5 hari.
10.  Vitrektomi dilakukan bila terdapat bekuan sentral dan lavase kamar anterior.
11. Viskoelastik dilakukan dengan membuat insisi pada bagian limbus.

I. Penyimpangan KDM
Penyebab (trauma disebabkan benda tajam
Atau benda asing.

Robekan pembuluh darah

Perdarahan dalam bilik
Mata depan

Hifema

Adanya bekuan darah             darah menumpuk pada                        merangsang reseptor
Dalam bilik mata                    bagian badan kaca depan                     Nyeri

Darah menutupi sudut                             terjadi penimbunan         merangsang pengeluaran
Bilik mata trubekula                  pigmen dalam lapisan                  zat mediator nyeri, bradi-
  kornea                           kinin, histamin & bardikinin

penyumbatan pd pupil                kekeruhan pada kornea                             Dorsal Horn

tekanan Intraokuler                  Mengganggu daya fokus sinar          Spinal Cord
                                                            pada Retina

     Komplikasi                                 Perubahan Persepsi sensori                  Thalamus
(glaukoma acut)                            (Penglihatan kabur )

                                                                                                       Coertex cerebri



Kurang informasi, proses pengo-                                     Gangguan rasa  
             Batan dan proses penyakit                                               nyaman nyeri

   Sering bertanya-tanya Tentang penyakitnya

                                                                                  
        Kurang pengetahuan


            Stresor meningkat.

                 Beban psikologis meningkat

           Ketakutan / cemas


J. Diagnosa

1. Nyeri berhubungan dengan trauma tumpul
2. Resiko terjadi komplikasi dan perdarahan ulang berhubungan dengan  patologi vaskuler okuler
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan penglihatan
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penurunan ketajaman penglihatan
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan proses penyakit

BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Data fokus untuk pengkajian pada penderita hifema yaitu pada mata :
1. Data subyektif.
Setelah dilakukan pemeriksaan visus, lapangan pandangan pada mata yang mengalami hifema dan Klien mengatakan bahwa penglihatannya saat ini kabur atau berbayang – bayang, klien mengatakan silau saat melihat, fokus penglihatan berkurang atau tidak ada, klien juga merasakan sukar melihat dalam keadaan dekat, mata sering mengalami kelelahan, terasa nyeri dan peningkatan pengeluaran air mata (epifora).
2. Data obyektif
Pemeriksaan objektif dilakukan pada mata yang mengalami hifema dengan cara melihat keadaan mata klien, bagaimana perdarahannya, tanda-tanda vitalnya, apakah terjadi anisokor pupil, pupil tidak bereaksi terhadap sinar, terjadi perubahan pada kelopak mata, edema, kemerahan, terjadi pembengkakan pada bola mata.
3. Kondisi / penyakit yang menyertai
a. Diabetes mellitus
b. Masalah-masalah sinus
c. Hipertensi
d. Glaukoma
e. Penyakit, trauma atau tumor yang berhubungan dengan serebral
f. Robekan retina
g. Penyakit autoimun
4. Pembedahan atau penyakit sebelumnya
a. Pembedahan atau penanganan mata
b. Trauma kepala atau muka
c. Koma hipertensi
d. Degenerasi retina
e. Ketergantungan zat
5. Riwayat keluarga
a. Glaukoma
b. Diabetes mellitus
c. Katarak
d. Pigmentosa retinitis
6. Riwayat social
a. Bahaya pekerjaan atau rekreasi
b. Kewaspadaan keamanan yang digunakan
c. Ketergantungan obat atau alcohol
d. Kerja fisik yang berat


B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan trauma tumpul
Tujuan                        : Rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil   :
a. Pasien mendemonstrasikan pengetahuan pengontrolan nyeri
b. Pasien mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur yang tidak terganggu
c. Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri ringan (1-3)
Intervensi        :
a. Kaji tipe, intensitas dan lokasi nyeri
   R/ untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan dari
   terapi yang diberikan.
b. Gunakan tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgetik
   R/ Membantu dalam pemberian dosis yang sesui.
c. Pertahankan tirah baring dengan posisi tegak atau posisi kepala 60º
   R/ mengurangi tekanan pada TIO sehingga dapat mengurangi rasa nyeri
d. Lakukan bebat mata pada bagian yang sakit
   R/ mengurangi rasa nyeri dan agar dapat mengurangi rasa nyeri.
e. Berikan sedasi untuk meminimalkan aktivitas
   R/ dengan aktivitas berkurang sehingga nyeri juga dapat berkurang.
f. Berikan analgetik
   R/ Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri.
g. Bantu ajarkan teknik relaksasi
   R/ Relaksasi dapat mengurangi tingkat nyeri.

2. Resiko terjadi komplikasi dan perdarahan ulang berhubungan dengan  patologi vaskuler okuler
Tujuan                        : Tidak terjadi perdarahan ulang
Kriteria hasil   :
a. Perdarahan utama segera berhenti dan dapat diserap kembali
b. Jumlah darah dalam kamera okuli  anterior tidak bertambah
c. Tidak terjadi obstruksi pada jaringan trabekular
Intervensi        :
a. Kaji jumlah perdarahan pada okuli anterior
R/ Mengetahui seberapa banyak perdarahan dan mengantisipasi kekurangan HB.
b. Mata diperiksa untuk melihat adanya perdarahan sekunder
   dan kenaikan TIO
R/ Memudahkan melakukakan intervensi lanjut dan mengontrol peningkatan TIO
c. Pertahankan tirah baring dan pemberian sedasi untuk minimal aktivitas.
R/ Tirah baring dapat mengurangi aktivitas yang dapat menyebabkan nyeri dan kenaikan TIO.
d. Berikan balut tekan pada mata yang sakit dan lakukan penggantian balutan.
R/ Dengan balut tekan perdarahan dapat di hentikan dan dapat mengurangi resti infeksi.
e. Beri koagulansia dan antibiotika.
R/ Antibiotik dapat mengurangi resiko infeksi pada luka.
f. Berikan anhidrase karbonat (asetasolamide) untuk atasi kenaikan TIO. R/ Asetosalamide dapat menurunkan kenaikan TIO.

3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan penglihatan
Tujuan                        : Pasien mampu beradaptasi dengan perubahan
Kriteria hasil   :
a. Pasien menerima dan mengatasi sesuai dengan keterbatasan penglihatan
b. Menggunakan penglihatan yang ada atau indra lainnya secara adekuat
Intervensi        :
a. Perkenalkan pasien dengan lingkungan sekitarnya
R/ Dengan memperkenalkan lingkungan disekitar, dapat memudahkan klien dalam beraktifitas dan mengurangi injuri.
b. Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera yang lain
R/ mengurangi kerja indra yang sedang mengalami luka atau perdarahan.
c. Kunjungi dengan sering untuk menentukan kebutuhan dan menghilangkan ansietas
R/ adanya kunjungan yang sering kebutuhan klien dapat terpenuhi dan ansietas klien dapat berkurang atau hilang karena klien merasa terlindungi.
d. Libatkan orang terdekat dalam perawatan dan aktivitas
R/ klien merasa diperhatikan oleh keluarga klien sehingga klien jadi merasa aman.
e. Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang
R/ Istirahat yang cukup dapat mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses penyembuhan.

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penurunan ketajaman penglihatan
Tujuan                        : Ansietas dapat teratasi
Kriteria hasil   :
a. Pasien mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk mengurangi ansietas
b. Pasien mendemonstrasikan pemahaman proses penyakit
Intervensi        :
a. Kaji tingkat ansietas pasien
R/ mengetahui tingkat ansietas klien dan mempermudahkan untuk melakukan intervensi selanjutnya.
b. Diskusikan metode penanganan ansietas
R/ dengan diskusi dapat di ketahui metode apa yang cocok untuk menangani ansietas.
c. Dorong mengungkapkan ansietas
R/.Dengan mengungkapkan ansietas perawat dapat menyebabkan ansietas.
d. Pertahankan limgkungan yang tenang
R/ Lingkungan yang tenang dapat mengurangi stres.
e. Berikan dukungan emosional
R/ Dengan dukungan dari keluarga perasaan klie bisa jadi lebih tenang.
f. Tempatkan seluruh barang-barang yang dibutuhkan dalam jarak yang dapat dijangkau
R/ memudahkan mengambil barang-barang agar tidak terjadi injuri karena penurunan ketajaman  penglihatan.
g. Pastikan bahwa bantuan terhadap aktivitas sehari-hari akan ada
R/ dengan adanya bantuan maka klien tidak terlalu banyak melakukan aktivitas.
h. Bantu atau ajarkan teknik relaksasi, nafas dalam, meditasi
R/ Teknik relaksasi dapat mengurangi rasa sakit dan ansietas dapat berkurang

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan proses penyakit
Tujuan                        : Pasien memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya
Kriteria hasil   :
a. Pasien memahami instruksi pengobatan
b. Pasien memverbalisasikan gejala-gejala untuk dilaporkan
Intervensi        :
a) Kaji pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritanya.
R/ mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritanya.
b) Jelaskan tentang proses penyakit dan jelaskan kondisi klien.
R/ meningkatkan pengetahuan klien dan mengurangi kecemasan.
c) Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobatan.
R/ mempermudah intervensi dan klien paham terhadap tindakan pengobatan. 
d) Ajarkan prosedur penetesan obat tetes mata dan penggantian balutan pada pasien dan keluarga.
R/ meningkatkan tindakan mandiri klien dan keluarga dalam perawatan serta pengobatan.
e) Diskusikan gejala-gejala terjadinya perdarahan ulang dan kenaikan TIO.
R/ Mudahkan melakukan penanganan secara berlanjut apabila
   terjadi perdarahan Ulang. 
 
DAFTAR PUSTAKA

1. Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi panca indera Manusia, Jones and barret Publisher Boston, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, EGC
2. Darling, Vera H & Thorpe Margaret R. Perawatan Mata. Yogyakarta : Penerbit Andi; 1995.
3. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999
4. Douglas, Raymond S. Hifema. Departement of Ophthalmology, UCLA Menical Center, Los Angeles, CA. 2002.
5. Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1998.
6. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001
7. Tucker, Susan Martin et al. Standar Perawatan Pasien : proses keperawatan, diagnosis dan evaluasi. Alih bahasa Yasmin Asih dkk. Ed. 5. Jakarta : Egc ; 1998
8. Vaughan, Dale. Oftalmologi Umum. Alih bahasa Jan Tambajong dan Brahm U. Ed. 14. Jakarta : Widya Medika ; 2000.

Sekian dari dari saya Semoga artikel kesehatan yang berjudul  ASUHAN KEPERAWATAN HIFEMA berguna bagi kalian semua jangan lupa tinggalkan komentarnya ya. :)

Post a Comment

0 Comments