Hai tema-teman terima kasih atas kunjungannya kali ini haris715 akan posting ASUHAN KEPERAWATAN ABLASIO RETINA, selamat menikmati semoga isi blog ini bermanfaat bagi kawan semua
ASUHAN KEPERAWATAN ABLASIO RETINA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Ablasio retina terjadi bila ada
pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina
dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan
kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel
fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat
hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002).
Lepasnya retina dapat menyerang satu
dari 10.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat. Kejadian ini merupakan
masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun
biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini
lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh
(miopia) atau berkacamata minus dan pada orang-orang yang anggota keluarganya
ada yang pernah mengalami lepas retina. Lepasnya retina dapat pula terjadi
akibat pukulan yang keras. Selain itu, walaupun agak jarang, kondisi ini dapat
merupakan penyakit keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-anak.
Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya retina akan mengakibatkan cacat
penglihatan atau kebutaan.
B.
RUMUSAN MASALAH
- Apa pengertian ablasio Retina?
- Apa etiologi ablasio Retina?
- Apa manifestasi ablasio Retina?
- Bagaimana patofisiologi Retina?
- Bagaimana pemeriksaan penunjang ablasio Retina?
- Bagaimana penatalaksanaan ablasio Retina?
- Bagaimana askep ablasio Retina?
C. TUJUAN PENULISAN
- Untuk mengetahui pengertian ablasio Retina?
- Untuk mengetahui etiologi ablasio Retina?
- Untuk mengetahui manifestasi ablasio Retina?
- Untuk mengetahui patofisiologi Retina?
- Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang ablasio Retina?
- Untuk mengetahui penatalaksanaan ablasio Retina?
- Untuk mengetahui askep ablasio Retina?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan
epitelium neurosensoris retina dan lapisan epitelia pigmen retina (Donna D.
Ignativicius, 1991) Ablatio Retina juga diartikan sebagai terpisahnya khoroid
di daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada retina, sehingga
mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara koroid dan retina kekurangan
cairan (Barbara L. Christensen 1991).
Ablasio
retina terjadi apabila retina terlepas dari tempat perlekatannya. Kejadian ini serupa dengan wallpaper yang terkelupas dari dinding.
Hal ini diawali oleh robeknya retina yang diikuti menyusupnya cairan pada
robekan tersebut. Cairan tersebut akan menyusup terus di antara retina dan
dinding bola mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini dapat
menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen. (www.
Klinikmatanusantara.com)
Ablasio retina adalah terlepasnya
retina dari perlekatan dengan lapisan dibawahnya, sebagian atau seluruhnya,
sehingga mengakibatkan terputusnya proses penglihatan. Keadaan ini dapat
menyebabkan cacat penglihatan atau kebutaan. (www.bandungeyecenter.com)
Ablasio retina adalah lepasnya retina
dari tempatnya. Kejadian ini
merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada berbagai usia.
Kejadian ini lebih besar kemungkinannya pada penderita yang memakai kacamata
minus (miopia) tinggi. Juga dapat tejadi akibat pukulan yang keras.
(www.indo.net.id)
Ablasio retina adalah terpisahnya/terlepasnya retina dari jaringan penyokong di bawahnya.(www.medicastore.com)
Ablasio retina adalah terpisahnya/terlepasnya retina dari jaringan penyokong di bawahnya.(www.medicastore.com)
Ablasio
retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel
berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang
mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi
nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi
visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002).
B. Etiologi
Lepasnya
retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat.
Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia
berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih
tua. Kejadian ini lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita
rabun jauh (miopia) atau berkacamata minus dan pada orang-orang yang anggota
keluarganya ada yang pernah mengalami lepas retina. Lepasnya retina dapat pula
terjadi akibat pukulan yang keras. Selain itu, walaupun agak jarang, kondisi ini
dapat merupakan penyakit keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan
anak-anak. Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya retina akan
mengakibatkan cacat penglihatan atau kebutaan. Penyebab lain ablasio retina
seperti trauma mata, abalisio retina pada mata yang lain, pernah mengalami
operasi mata, ada daerah retina yang tipis/lemah yang dilihat oleh dokter mata,
robekan retina, komplikasi, diabetus melitus paradangan, pada usia lanjut
(perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina), malformasi kongenital,
kelainan metabolisme, penyakit vaskuler, dan inflanmasi intraokuler neoplasma.
C. Manifestasi Klinis
Gejala
pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik hitam mengapung dan
cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului
oleh terlihatnya bintik bintik hitam (floaters) ataupun kilatan cahaya yang
nyata. Dalam hal ini penderita mungkin menyadari penglihatannya seolah - olah
pinggir. Perkembangan lepasnya retina yang lebih lanjut akan mengaburkan
penglihatan sentral dan menimbulkan kemunduran penglihatan. Penglihatan seperti
ada lapisan hitam yang menutupi sebagian atau seluruh pandangan seperti
terhalang tirai/bergelombang.
D. Patofisiologi
Retina
adalah jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya, yang terdiri
dari sel-sel dan serabut saraf. Retina melapisi dinding mata bagian dalam
seperti kertas dinding melapisi dinding rumah. Retina berfungsi seperti lapisan
film pada kamera foto: cahaya yang melalui lensa akan difokuskan ke retina.
Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya inilah yang menangkap “gambar” dan
menyalurkannya ke otak melalui saraf optik. Sebab dan Gejala Lepasnya Retina
Sebagian besar lepasnya retina terjadi akibat adanya satu atau lebih
robekan-robekan kecil atau lubang-lubang di retina. Kadang-kadang proses
penuaan yang normal pun dapat menyebabkan retina menjadi tipis dan kurang
sehat, tetapi yang lebih sering mengakibatkan kerusakan dan robekan pada retina
adalah menyusutnya korpus vitreum, bahan jernih seperti agar-agar yang mengisi
bagian tengah mata. Korpus vitreum erat melekat ke retina pada beberapa lokasi
di sekeliling dinding mata bagian belakang. Bila korpus vitreum menyusut, ia
dapat menarik sebagian retina bersamanya, sehingga menimbulkan robekan atau
lubang pada retina. Walaupun beberapa jenis penyusutan korpus vitreum merupakan
hal yang normal terjadi pada peningkatan usia dan biasanya tidak menimbulkan
kerusakan pada retina, korpus viterum dapat pula, menyusut pada bola mata yang
tumbuh menjadi besar sekali (kadang-kadang ini merupakan akibat dari rabun
jauh), oleh peradangan, atau karena trauma. Pada sebagian besar kasus retina
baru lepas setelah terjadi perubahan besar struktur korpus vitreum.
Bila sudah
ada robekan-robekan retina, cairan encer seperti air dapat masuk dari korpus
vitreum ke lubang di retina dan dapat mengalir di antara retina dan dinding
mata bagian belakang. Cairan ini akan memisahkan retina dari dinding mata
bagian belakang dan mengakibatkan retina lepas. Bagian retina yang terlepas
tidak akan berfungsi dengan baik dan di daerah itu timbul penglihatan kabur
atau daerah buta. Perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis lepasnya retina yang
disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, atau
sebagai komplikasi dari diabetes. Ini disebut ablasio retina sekunder. Dalam
hal ini tidak ditemukan robekan ataupun lubang-lubang di retina, dan retina
hanya bisa kembali ke posisinya yang normal dengan mengobati penyakit yang
menyebabkan lepasnya retina.
E. Pemeriksaan Penunjang
Karena itu
bila ada keluhan seperti di atas, pasien harus segera memeriksakan diri ke
dokter spesialis mata. Dokter akan memeriksa dengan teliti retina dan bagian
dalam dengan alat yang disebut oftalmoskop. Dengan cahaya yang terang dan
pembesaran dari alat tersebut, dokter dapat menentukan lokasi daerah retina
robek atau daerah yang lemah yang perlu diperbaiki dalam pengobatan. Alat-alat
diagnostik khuhsus lainnya yang mungkin perlu digunakan adalah lensa-lensa
khusus, mikroskop, dan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Terapi bila retina
robek tetapi belum lepas, maka lepasnya retina itu dapat dicegah dengan
tindakan segera.
F. Penatalaksanaan
Setelah
dilakukan pemeriksaan penunjang ditemukan terjadi robekan retina maka harus
dilakukan pembedahan. Ada beberapa prosedur bedah yang dapat digunakan.
Prosedur yang dipilih tergantung pada beratnya lepas retina dan pertimbangan
dokter. Fotokoagulasi Laser Bila ditemukan robekan-robekan kecil di retina
dengan sedikit atau tanpa lepasnya retina, maka robekan ini dapat direkatkan
lagi dengan sinar laser. Laser akan menempatkan luka bakar-luka bakar kecil di
sekeliling pinggir robekan. Luka bakar ini akan menimbulkan jaringan parut yang
mengikat pinggiran robekan dan mencegah cairan lewat dan berkumpul di bawah
retina. Bedah laser oftalmologi sekarang biasanya dilakukan sebagai tindakan
pada pasien berobat jalan dan tidak memerlukan sayatan bedah. Pembekuan
(Kriopeksi) Membekukan dinding bagian belakang mata yang terletak di belakang
robekan retina, dapat merangsang pembentukan jaringan parut dan merekatkan
pinggir robekan retina dengan dinding belakang bola mata. Pembekuan biasanya
dilakukan dengan prosedur pasien berobat jalan tetapi memerlukan pembiusan
setempat pada mata.
Tindakan
bedah bila cukup banyak cairan telah terkumpul di bawah retina dan memisahkan
retina dengan mata bagian belakang, maka diperlukan operasi yang lebih rumit
untuk mengobati lepas retina itu. Teknik operasinya bermacam-macam, tergantung
pada luasnya lapisan retina yang lepas dan kerusakan yang terjadi, tetapi
semuanya dirancang untuk menekan dinding mata ke lubang retina, menahan agar
kedua jaringan itu tetap menempel sampai jaringan parut melekatkan bagian
robekan. Kadang-kadang cairan harus dikeluarkan dari bawah retina untuk
memungkinkan retina menempel kembali ke dinding belakang mata. Seringkali
sebuah pita silikon atau bantalan penekan diletakkan di luar mata untuk dengan
lembut menekan dinding belakang mata ke retina. Dalam operasi ini dilakukan
pula tindakan untuk menciptakan jaringan parut yang akan merekatkan robekan
retina, misalnya dengan pembekuan, dengan laser atau dengan panas diatermi
(aliran listrik dimasukkan dengan sebuah jarum).
Jenis pembedahan ablasio
retina:
a. Pneumoretinopeksi: operasi singkat untuk
melekatkan kembali retina yang lepas (ablasio retina).
b. Scleral Buckling: Operasi untuk melekatkan
kembali retina yang lepas.
c. Vitrektomi: Operasi ini memerlukan alat
khusus, ahli bedah akan melakukan operasi didalam rongga bola mata untuk
membersihkan vitreus yang keruh, melekatkan kembali vitreus yang mengalami
ablasio, mengupas jaringan ikat dari permukaan retina, dan tindakan-tindakan
lain yang diperlukan
Untuk memperbaiki Ablatio Retina dilakukan
prosedur operasi scleral bucking yaitu pengikatan kembali retina yang lepas.
a. Pengelolaan penderita sebelum operasi
- Mengatasi kecemasan
- Membatasi aktivitas
- Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi pergerakan bola mata
- Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah akomodasi dan kontriksi.
b. Pengelolaan penderita setelah operasi
- Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama.
- Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.
- Evaluasi penutup mata
- Bantu semua kebutuhan ADL
- Perawatan dan pengobatan sesuai program
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
setelah operasi vitreoretinal:
- Infeksi
- Perdarahan
- Ablasio retina kembali, sebagai komplikasi operasi
- Penglihatan yang menurun
- Peningkatan tekanan bola mata
- Glaukoma
- Katarak akan timbulnya lebih awal pada lebih dari 50% pasien yang telah menjalani operasi vitrektomi. Selanjutnya, pasien ini akan menjalani operasi katarak beberapa tahun kemudian.
- Komplikasi akibat pembiusan dapat saja terjadi. Pembiusan lokal kadang-kadang menimbulkan perdarahan di sekeliling mata tapi jarang berakibat langsung pada mata. Pembiusan umum berpotensi menghadapi resiko serius. Bila anda akan mendapatkan pembiusan umum, anda akan ditangani oleh spesialis anestesiologi sebelum operasi.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Data Subyektif
·
Pasien
mengeluh tiba-tiba melihat kilatan cahaya terang dan bintik-bintik hitam yang
beterbangan di ruang pandang.
·
Pasien mengeluh melihat tirai
yang menutupi lapang pandang.
·
Pasien
menyatkan takut dan cemas karena kehilangan fungsi penglihatan secara
tiba-tiba.
b. Data Obyektif
·
Dengan pemeriksaan ophtalmoskop
indirek terlihat gambaran gelembung abu-abu atau lipatan-lipatan pada retina
yang bergetar dan bergerak
·
Aktifitas pasien terbatas
·
Mata pasien tertutup dengan
gaas
·
Pasien mendapat obat tetes mata
midryatil
·
Wajah pasien tampak tegang dan
cemas
·
Pada
pemeriksaan visus : OD 1/4 Os 2/60
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang mungkin ditemukan pada
pasien Ablatio Retina
Pre Operatif
1.
Gangguan persepsi sensori
penglihatan
2.
Cemas
3.
Kurang perawatan diri
Post Operatif
1.
Nyeri akut
2.
Resiko infeksi
3.
Kurang perawatan diri
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
PRE OP
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d
lepasnya retina
Kriteria Hasil :
- Kooperatif dalam tindakan
- Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen
Intervensi :
- Kaji dan catat ketajaman pengelihatan Rasional: Menetukan kemampuan visual
- Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat/tidak. Rasional: Memberikan keakuratan thd pengelihatan dan perawatan.
- Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan pengelihatan. Rasional: Meningkatkan self care dan mengurangi ketergantungan.
- Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima klien. Rasional : Meningkatkan rangsangan pada waktu kemampuan pengelihatan menurun.
2. Cemas b.d kurang pengetahuan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan klien bertambah
KH :
1. Kien tidak gelisah
2. Klien tenang
3. Klien dapat mengatakan tentang proses
penyakit,metode pencegahan
dan instruksi perawatan di rumah
dan instruksi perawatan di rumah
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan
Rasional :
Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
2. Berikan kesampatan Klien untuk
mengungkapkan perasaannya
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan
3. Beri Support pada klien
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat
4. Berikan dorongan spiritual
Rasional :
Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5. Berikan penkes
Rasional :
Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya
6.
Memberikan kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak diketahui tentang
penyakitnya.
Rasional :
Mengetahui sejauh mana ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya
7. Kaji ulang proses penyakit
dan harapan yang akan datang
Rasional
: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menbuat pilihan berdasarkan
informasi.
3. Kurang Perawatan diri b.d
ketidak berdayaan
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri pasien
terpenuhi
KH :
1. Kien tidak kotor
2. Klien tenang
3. klien merasa nyaman
Intervensi :
- Bantu klien melakukan hygiene
Rasional : memenuhi
perawatan diri klien
- Berikan program perawatan dir pada klien
Rasional : agar perawatan diri
klien teratur
- Kontrol hygiene klien dua kali sehari
Rasional : mengetahui
perawatan diri klien
- Berikan HE tentang personal hygiene
Rasional : agar klien faham
pentingnya perawatan diri.
POST OP
1. Nyeri akut b.d luka post op
Tujuan : setelah di lakukan tidakan keperawatan
selama 3X24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang.
KH :
1. klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
2. skala nyeri menurun
3. klien tampak rileks
Intervensi:
1.
Kaji skala
nyeri
Rasional :
mengetahui seberapa nyeri yang di alami klien
2.
Berikan
posisi relaks pada pasien.
Rasional :
agar klien merasa nyaman
3.
Ajarkan
teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional :
menurunkan nyeri klien
4.
Kolaborasi
pemberian analgesic.
Raional :
analgesic menghilangkan nyeri
2. Resiko infeksi b.d insisi post op
Tujuan : setelah di lakukan tidakan keperawatan
selama 3X24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi.
KH :
1. tidak ada tanda-tanda infeksi
2. leukosit stabil
Intervensi:
1.
Pantau
tanda-tanda infeksi
Rasional :
mengetahui tanda awal infeksi
2.
Lakukan rawat
luka secara steril
Rasional :
mencegah terjadinya infeksi
3.
Oleskan
alkohol di sekitar luka post op
Rasional :
mencegah terjadinya infeksi
4.
Berikan
antibiotik sesuai advis dokter
Rasional :
antibiotik mencegah infeksi
3. Kurang Perawatan diri b.d ketidak berdayaan
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri pasien terpenuhi
KH :
1. Kien tidak kotor
2. Klien tenang
3. klien merasa nyaman
Intervensi :
1. Bantu klien melakukan hygiene
Rasional :
memenuhi perawatan diri klien
2. Berikan program perawatan dir pada
klien
Rasional :
agar perawatan diri klien teratur
3. Kontrol hygiene klien dua kali
sehari
Rasional
: mengetahui perawatan diri klien
4. Berikan HE tentang personal
hygiene
Rasional : agar klien faham pentingnya perawatan
diri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIPULAN
Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan
epitelium neurosensoris retina dan lapisan epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991) Ablatio Retina
juga diartikan sebagai terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang
disebabkan oleh lubang pada retina, sehingga mengakibatkan kebocoran cairan,
sehingga antara koroid dan retina kekurangan cairan (Barbara L. Christensen
1991).
Kejadian
ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun,
walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.
Gejala
pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik hitam mengapung dan
cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului
oleh terlihatnya bintik bintik hitam (floaters) ataupun kilatan cahaya yang
nyata.
B. SARAN
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga
penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga
makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat
berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bare, B.G
& Smeltzer, S.C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jarkarta: EGC.
Corwin,
Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges.
2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik
Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius.
Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2.
Jakarta: Media
Aesculapius.Sekian dari dari saya Semoga artikel kesehatan yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN ABLASIO RETINA berguna bagi kalian semua jangan lupa tinggalkan komentarnya ya. :)
0 Comments
Catatan:
EmojiUntuk menyisipkan kode, gunakan tag <i rel="pre">KODE ANDA DI SINI...</i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan tag <i rel="image">URL GAMBAR ANDA DI SINI...</i>
Untuk menyisipkan judul, gunakan tag <b rel="h3">JUDUL ANDA DI SINI...</b>
Untuk menyisipkan catatan, gunakan tag <b rel="quote">CATATAN ANDA DI SINI...</b>
Untuk menciptakan efek tebal gunakan tag <b>TEKS ANDA DI SINI...</b>
Untuk menciptakan efek huruf miring gunakan tag <i>TEKS ANDA DI SINI...</i>
Mohon Berkomentarlan dengan baik sesuai dengan tema / isi posting di atas
Serta tidak mengandung PORNO,SARA,KATA2 KASAR DAN JOROK
Terima kasih atas perhatianya :)